Digindonews.com-Forum Diskusi Publik bertema “Sekolah Rakyat Mewujudkan Akses Pendidikan Berkualitas untuk Semua” juga menghadirkan praktisi komunikasi Gun Gun Siswadi serta akademisi Yanto, Ph.D. dari Universitas Katolik Atma Jaya. Keduanya menyoroti pentingnya digitalisasi sebagai kunci pemerataan pendidikan nasional.
Gun Gun Siswadi menjelaskan bahwa Sekolah Rakyat merupakan inisiatif Presiden Prabowo Subianto yang dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem. Program ini telah berjalan sejak 14 Juli 2025 dengan 100 sekolah aktif, dan menurut laporan CNBC Indonesia, jumlahnya meningkat menjadi 165 Sekolah Rakyat pada September 2025.
Dalam forum yang digelar pada Selasa, 21 Oktober 2025 itu, Gun Gun menegaskan bahwa digitalisasi Sekolah Rakyat adalah langkah penting untuk memperluas akses, meningkatkan efisiensi, dan mendorong kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua.
> “Pendidikan tidak boleh menjadi barang mewah. Sekolah Rakyat hadir untuk memastikan setiap anak Indonesia, tanpa terkecuali, dapat belajar dengan martabat yang sama,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa digitalisasi pendidikan membawa lima manfaat utama: akses yang lebih luas, keterlibatan siswa meningkat, administrasi efisien, kolaborasi antar guru, dan pelibatan aktif orang tua. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mendukung transformasi ini dengan menyediakan jaringan internet hingga 200 Mbps, pelatihan digital bagi guru, serta integrasi platform pembelajaran nasional dengan Pusat Data Nasional.
> “Kami ingin anak-anak belajar bukan hanya tentang teknologi, tapi juga etika digital dan kecerdasan buatan,” tambahnya.
Sementara itu, Yanto, Ph.D., Wakil Dekan Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, menyoroti pentingnya pendidikan yang tidak hanya akademik, tetapi juga vokasional dan berbasis karakter. Ia menjelaskan bahwa Sekolah Rakyat adalah pendidikan gratis berasrama bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem (Desil 1 dan 2) dengan tujuan memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi.
Yanto menegaskan pentingnya kolaborasi antara universitas dan Sekolah Rakyat, misalnya melalui kuliah tamu, pelatihan keterampilan digital, hingga beasiswa lanjutan.
> “Sekolah Rakyat bukan hanya membangun sekolah baru, tapi membangun masa depan baru bagi anak-anak yang terpinggirkan,” tegasnya.
Selain itu, ia menyoroti tantangan kesenjangan digital, etika teknologi, dan kesejahteraan psikologis siswa miskin. Karena itu, pendidikan karakter dan bimbingan mental-spiritual menjadi bagian penting dalam kurikulum.
Forum ini menegaskan bahwa digitalisasi dan kolaborasi lintas sektor merupakan fondasi penting menuju pendidikan inklusif. Dengan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat, Sekolah Rakyat diharapkan menjadi tonggak menuju Indonesia Emas 2045 — bangsa yang cerdas digital, berkeadilan sosial, dan berdaya saing global.***