Jakarta, (12/9) – Keputusan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra menandai berkurangnya figur muda yang selama ini membawa semangat pembaruan di parlemen. Kehadirannya dikenal sebagai simbol gagasan segar, keberanian, dan energi baru di tengah dominasi politik yang kerap berjalan monoton.
Selain kiprahnya di parlemen, Rahayu Saraswati juga dikenal dengan rekam jejak prestasi yang membanggakan. Ia pernah menjadi anggota DPR RI periode 2014–2019 dan kembali terpilih untuk periode 2024–2029. Di luar politik, ia aktif dalam isu-isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak melalui organisasi Saraswati Learning Center, yang fokus pada pendidikan inklusif bagi anak-anak difabel. Ia juga pernah dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gerindra serta berperan dalam berbagai forum nasional maupun internasional yang menyoroti isu kesetaraan gender dan partisipasi generasi muda.
Ramon Hidayat, Ketua PB HMI, menyampaikan bahwa mundurnya Rahayu Saraswati tidak hanya sebatas pergantian kursi legislatif, melainkan juga pengurangan energi muda yang mampu menghadirkan gagasan progresif dan dekat dengan aspirasi rakyat.
“Mbak Saras adalah salah satu figur muda yang berhasil membawa warna baru di parlemen. Beliau hadir dengan semangat, keberanian, dan ide-ide segar yang membuat politik terasa lebih hidup. Kehilangannya tentu mengurangi api pemuda di DPR RI,” ujar Ramon Hidayat di Jakarta, Kamis (11/9).
Ramon menegaskan, keterwakilan generasi muda dalam politik harus terus diperkuat agar demokrasi Indonesia tetap segar, dinamis, dan relevan dengan tantangan zaman. Menurutnya, politik nasional harus senantiasa membuka ruang bagi anak muda untuk hadir, tumbuh, dan berkontribusi secara nyata.
Lebih jauh, Ramon juga menekankan pentingnya peran aktivis dan pemuda sebagai motor perubahan bangsa. Aktivis mahasiswa, komunitas pemuda, dan generasi muda intelektual harus berani mengambil alih ruang-ruang strategis, tidak hanya di jalanan, tetapi juga di pusat pengambilan keputusan.
“Aktivis dan pemuda adalah penjaga idealisme bangsa. Mereka harus hadir bukan hanya sebagai pengkritik, tetapi juga sebagai penggagas solusi. Tanpa keterlibatan aktif anak muda, politik akan kehilangan denyut segarnya,” tegas Ramon.
Sebagai penutup, Ramon menyerukan agar momentum ini dijadikan refleksi sekaligus dorongan bagi generasi muda untuk lebih percaya diri memasuki gelanggang politik. Dengan keberanian, gagasan segar, dan integritas, pemuda dapat memastikan demokrasi Indonesia tetap hidup dan politik nasional bergerak ke arah yang lebih baik.