Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Tersebutlah pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang kaya raya. Menikmati segala kemewahan di singgasana kerajaannya. Ia selalu mendapatkan penghormatan dari seluruh penduduk negerinya, dan apapun yang ia inginkan dapat dengan mudah tersedia.
Namun, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya, ia selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Hidupnya terasa kurang begitu nikmat, bahkan ia selalu merasa jenuh dengan berbagai kekayaan dan kemewahan yang dimilikinya. Repotnya lagi ia tidak tahu apa yang menyebabkannya merasa seperti itu.
Pada suatu hari, ia bangun dari tidur lebih pagi dari biasanya, sang raja ini kemudian berkeliling istana. Ketika sedang berjalan diruang tamu kerajaan yang begitu megah, ia mendengar seorang bernyanyi. Sang Raja pun merasa penasaran, ia mendekati asal suara tersebut. Ternyata seorang pelayan kerajaan sedang membersihkan ruangan sambil bersiul dan bernyanyi. Pelayan itu terlihat begitu bahagia, tanpa beban dan menikmati kehidupannya, tercermin dari wajahnya yang begitu cerah dan ceria.
Saking penasarannya, sang Raja pun memanggil pelayannya tersebut.
” Kau kelihatan sangat bahagia, bagaimana bisa?” tanya sang Raja.
” Tuanku, hamba hanyalah seorang pelayan tuan, hamba tidak memiliki apa apa kecuali istri dan kedua anak hamba yang begitu manis. Setiap hari hamba pulang ke rumah, mereka selalu menyambut hamba dengan perasaan suka cita dan bahagia. Mereka tidak pernah mempermasalahkan penghasilan hamba yang sedikit. Bahkan mereka selalu bersyukur terhadap apa yang hamba bawa pulang. Saya bahagia sebab keluarga saya bahagia.” Papar sang pelayan.
Merasa penasaran dengan penuturan pelayan tersebut, sang raja kemudian memanggil patih kerajaan yang terkenal bijaksana. Ia pun menceritakan kejadian tersebut. dan meminta tanggapan dari Sang Patih.
Setelah mendengarkan cerita sang raja, serta keluh kesah sang raja terhadap ada yang kurang dari dirinya. Sang Patih dengan bijaksana menjawab.
“Paduka, saya yakin bahwa pelayan tersebut belum masuk klub
99.” Ujar sang Patih mantap.
“Klub 99, apa itu?” tanya sang Raja penasaran.
“Paduka Raja, untuk mengerti maksud Hamba tentang klub 99, maka hamba minta paduka memasukkan 99 koin emas kedalam sebuah kantong. Kemudian letakkan kantong tersebut di depan pintu rumah Pelayan yang Paduka ceritakan tadi”, syarat sang patih.
Singkat cerita, ditengah kebingungan dan penasaran, Sang Raja melakukan apa yang dikatakan sang patih. 99 koin emas dalam kantung, diletakkan di depan pintu rumah sang pelayan. Sang raja kemudian mulai mengamati sang pelayan.
Ketika si pelayan membuka pintu hendak keluar rumahnya. Ia menemukan sebuah kantong di depan pintunya. Ia membawanya masuk kedalam ke rumah. Ketika menyadari bahwa isinya adalah koin emas. Ia pun berteriak kegirangan. dan ia mulai menghitungnya.
Setelah dihitung, ternyata ada 99 keping koin emas didalam kantong tersebut. Sang pelayan pun penasaran, mengapa jumlahnya tidak genap 100 keping. Berulang kali ia menghitung koin tersebut. Tetapi jumlahnya tetap 99. Ia pun bergegas mencari sekeliling rumah, satu koin emas yang ia anggap hilang tersebut. Setelah memeriksa rumah dan sekelilingnya, satu koin emas yang “hilang” itu tetap tidak ditemukan. Sang pelayan pun bertekad untuk bekerja lebih giat dan lebih keras agar bisa membeli satu koin emas, sehingga genaplah emasnya menjadi 100 keping.
Keesokan paginya, sang pelayan berangkat kerja seperti biasa. Namun pagi ini ia berangkat dengan perasaan gusar. Ia masih memikirkan satu koin emas yang hilang tersebut. Kemudian ia bekerja lebih keras dan lebih lama agar ia bisa mendapatkan upah yang lebih banyak.
Berbeda dengan hari hari sebelumnya, kini ia tidak lagi menyanyi dan bersiul gembira. Wajahnya terlihat begitu serius dan murung. Hal tersebut diperhatikan sang raja. Merasa heran dengan perubahan drastis sang pelayan. Maka sang raja kembali kepada sang patih dan menceritakan kejadian yang dia amati pada pelayannya.
Sang Patih kemudian mengatakan:
“Berarti kini ia sudah bergabung dengan klub 99
Paduka..”Jawab sang patih mantap.
Melihat padukanya kebingungan, sang patih pun meneruskan penjelasannya.
“Paduka, klub 99 hanyalah sebah julukan yang diberikan kepada mereka yang memiliki banyak hal tetapi tetap merasa tidak bahagia. Akibatnya mereka terus bekerja keras dan melupakan kebahagiaan yang lainnya. Seperti keluarganya, lingkungannya, dan harta yang telah dimilikinya. Mereka tidak bersyukur dengan apa yang telah mereka peroleh. Mereka tidak bahagia dengan apa yang telah mereka dapatkan dengan begitu melimpah.”
“Mereka tidak bahagia dengan 99 koin emas yang mereka miliki, tetapi justru berfokus untuk mengejar satu koin lagi untuk menggenapkan 100 koin emas. Celakanya, dalam mengejar satu koin emas ini, mereka melupakan segala kebahagiaan yang sepatutnya diberikan kepada orang lain, bahkan dengan keluarganya. Mereka kekurangan waktu untuk tidur, kekurangan waktu untuk keluarga, untuk lingkungan, untuk kebahagiaan mereka sendiri. Terkadang dalam mengejar satu koin emas ini, mereka rela mencelakai orang lain. Inilah maksud dari Klub 99 Paduka.” penjelasan sang Patih.
Mendengar penjelasan Sang Patih, sang Raja pun termenung. Ia mulai menyadari dan memutuskan akan menghargai setiap karunia yang diperolehhnya walau sekecil apapun.
Ketidakbahagiaan seseorang terletak pada „fokus‟nya terhadap satu keinginan. Adalah tidak salah jika keinginan itu merupakan keinginan-keinginan mulia dan bermanfaat bagi sekitar, namun jika keinginan itu bersifat pribadi dan malah melenakan diri, keinginan itulah justru yang akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dan akan menghilangkan „kebahagiaan‟.
Dengan demikian, nikmatilah hidup ini dengan menikmati nikmat-nikmat yang telah anugerahkan pada diri kita. Jangan rakus dan ingin menggenapkan semua nikmat itu tertuju kepada diri kita. Karena sikap seperti ini merupakan sikap orang-orang yang dungu.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Goresan_Hikmah
#Pelajaran_Dari_Klub_99