Digindonews.com-Dalam Forum Diskusi Publik bertajuk “Koperasi Merah Putih Menggerakkan Ekonomi Rakyat untuk Indonesia Emas” yang digelar pada Jumat, 17 Oktober 2025, dua narasumber—Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si. (Praktisi Komunikasi) dan Ratoyo Rasdan, M.B.A. (Dosen Universitas Moestopo Beragama)—menyoroti pentingnya aspek komunikasi, transparansi, dan profesionalisme dalam tata kelola koperasi modern.
Drs. Gun Gun Siswadi menegaskan bahwa koperasi bukan hanya organisasi ekonomi, tetapi juga ruang sosial yang menghubungkan nilai gotong royong dan akuntabilitas publik. “Transparansi adalah mata uang kepercayaan. Laporan keuangan yang terstandar dan mudah diakses anggota akan meningkatkan legitimasi koperasi,” jelasnya.
Ia menambahkan, praktik komunikasi koperasi harus adaptif terhadap kondisi sosial. “Strategi komunikasi yang efektif harus hibrida—menggabungkan pendekatan digital dan tatap muka agar tidak meninggalkan komunitas yang belum melek teknologi,” ujarnya.
Gun Gun juga menekankan pentingnya narasi positif dan bukti nyata dalam membangun reputasi koperasi. “Kisah sukses anggota, data peningkatan pendapatan, dan laporan kinerja yang transparan lebih meyakinkan publik dibanding slogan,” tuturnya. Ia menutup pemaparannya dengan ajakan agar koperasi memperkuat kapasitas SDM di bidang komunikasi dan pelaporan agar lebih profesional.
Sementara itu, Ratoyo Rasdan, M.B.A., memberikan perspektif akademik terkait tata kelola dan akuntabilitas koperasi. Menurutnya, koperasi memiliki potensi besar memperkuat ekonomi rakyat jika dikelola dengan prinsip transparansi dan profesionalisme. “Kita membutuhkan standardisasi pelaporan keuangan koperasi yang sesuai dengan SAK ETAP atau SAK EP agar mudah diaudit dan dipercaya,” ujarnya.
Ratoyo menekankan bahwa transformasi digital adalah pintu masuk perubahan struktural. “Digitalisasi administrasi dan simpan-pinjam berbasis platform dapat memangkas biaya transaksi dan memperluas pasar. Namun, teknologi hanya efektif bila dibarengi peningkatan kapasitas manusia,” katanya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan inklusif, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan, petani, dan pelaku UMKM di pedesaan. “Koperasi harus menjadi instrumen pemerataan, bukan hanya wadah usaha,” tegasnya.
Sebagai penutup, Ratoyo menyerukan perlunya peta jalan transformasi koperasi nasional yang mencakup digitalisasi operasional, pembentukan unit layanan teknis di daerah, serta sertifikasi akuntansi koperasi. “Koperasi Merah Putih punya modal sosial yang kuat untuk mendorong ekonomi rakyat menuju Indonesia Emas, asal dikelola transparan, profesional, dan inklusif,” pungkasnya.***


