Ekonomi
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
“Terlalu banyak universitas, terlalu sedikit taman kanak-kanak. IQ tinggi dan kemampuan teknis sering memunculkan arogansi yang akhirnya menjatuhkan orangorang berbakat.” (Peter Principle)
Berkembangnya pemahaman tentang peran penting sisisisi kecerdasan intelektual dalam keberhasilan seseorang barangkali merupakan salah satu temuan terpenting abad ini. Pengamatan Daniel Goleman yang banyak menyoroti keunggulan orang-orang dengan kematangan emosi, pada akhirnya melahirkan konsep kecerdasan emosional (emosional intelligence) yang amat tersohor.
Ini adalah adaptasi dari salah satu kisah Goleman, yakni kisah tentang dua orang lulusan baru sebuah universitas negeri terkenal. Si Fulan lulus dengan predikat Cum Laude, hampir semua institusi besar memberi tawaran atraktif. Akhirnya ia memilih sebuah perusahaan multinasional yang memberi tawaran gaji terbesar. Sebaliknya si Badu pintar tapi lulus dengan nilai yang sedang, tak terlalu banyak yang menerima tawaran yang menarik. Akhirnya ia bergabung dengan perusahaan yang menengah. Setelah 10 tahun si Fulan bekerja sebagai manajer menengah, dan ia telah bekerja untuk 5 perusahaan yang berbeda. Sebagian besar perpindahannya karena ketidakcocokan atau konflik dengan orang-orang bodoh. Si Badu telah menjadi pemilik perusahaan, setelah ia mengundurkan diri dari perusahaan menengah yang telah memberinya kepercayaan sebagai CEO. Berkat sikapnya yang pintar menjalin relasi dengan sang pemilik dan karyawan, serta sikap ma uterus belajar dan kesabaran yang konsisten, maka puncak karir seolah menantinya dengan riang.
Sisi kanan otak yang berperan pada fungsi-fungsi seperti emosi, intuisi, dan imajinasi semakin banyak mendapatkan perhatian. Dari banyak penelitian terlihat bahwa peran IQ ternyata hanya 15-25 % dari sukses seseorang. Tahukah Anda bahwa ternyata hasil tes IQ saat masuk Universitas Harvard di berbagai jurusan seperti hukum, kedokteran, pendidikan dan bisnis ternyata tidak berkorelasi dengan kesuksesan karir. Singkatnya kemampuan intelektual yang tinggi hanya mampu mengantarkan seseorang ke kinerja dasar, dengan kemampuan emosi yang tinggilah seseorang dapat melejitkan kinerjanya kea rah keunggulan (excellence).
Seorang entrepreneur sering dihadapkan pada situasi yang penuh dengan ketidakpastian karena perubahan yang terjadi terus menerus baik dari sisi internal seperti kondisi keuangan atau SDM atau sisi eksternal seperti selera konsumen maupun persaingan. Karena itu ia memerlukan kemampuan mengelola emosi agar dapat mengelola bisnis dengan baik.
Bayangkan seseorang entrepreneur yang gagal kemudian bangkit lagi menggeluti bisnis yang sama! Bukankah menurut data Small Business Administration 70% pebisnis yang gagal, ternyata mencoba lagi bisnis yang sama? Hal ini benar-benar memerlukan pengendalian emosi yang luar biasa. Juga, ketangguhan para entrepreneur pada awal 2006 sampai setelah BBM naik 2x lipat, juga yang harus mengurusi karyawan yang minta kenaikan upah, sementara omset bisnis bukanya membaik malahan jeblok.
Dalam konsep Goleman, kompetensi emosional meliputi kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial. Maka orang yang memiliki kompetensi emosional, pertama, memiliki kompetensi pribadi yaitu kemampuan untuk mengelola diri pribadi. Kedua, menguasai kompetensi sosial yang menentukan seberapa baik kita mampu menjalin hubungan dengan orang lain.
Kompetensi Pribadi
Kompetensi ini mencakup aspek-aspek pengelolaan kesadaran diri (self-awareness), pengendalian diri, (selfregulation), dan motivasi. Untuk menjadi entrepreneur ber-EQ tinggi beberapa tips di bawah ini dapat mendorong Anda merintis jalan menuju top- entrepreneur.
Dalam rangka mengelola kesadaran diri, langkah-langkah yang disarankan:
- Pahami dan kenali emosi Anda dengan baik, dan perhatikan/tonton efek setiap jenis emosi itu terhadap perasaan dan prilaku Anda. Emosi akan tercermin pada sikap dan prilaku. Dengan mengenal relasi emosi-sikap prilaku, maka misalnya kita sedang bersedih karena didera kerugian, segera kita dapat memahami munculnya sikap muram dan tak bergairah serta berprilaku malas dan lamban. Pemahan akan relasi ini akan bermanfaat dalam pengendalian diri.
- Buat cara dan secara teratur lakukan penilaian secara jujur terhadap diri sendiri. Nilai kekuatan maupun kelemahan Anda. Sebelum menilai usaha, nilailah diri pribadi, buat semacam neraca kekuatan-kelemahan. Perkuat karakterkarakter Entrepreneurial dan tutupi kelemahan-kelemahan vital.
- Rayakan setiap keberhasilan walaupun kecil. Jangan terlalu kejam dan jangan pula terlalu memanjakan/memuja diri sendiri. Bangkitlah dengan perkuat kepercayaan diri Anda. Cobalah mengevaluasi setiap kemajuan secara teratur; mungkin setiap hari atau setiap minggu, namun sebaiknya jangan terlalu lama. Ingat, perubahan bisnis masa kini terjadi dalam hitungan detik. Sebuah brosur pernah sampai ke tangan penulis, berisi suatu metoda waktu berdasarkan syariah yang dikembangkan oleh Pak Darmawan. Prinsipnya mengingatkan kita untuk selalu mengevaluasi apa yang telah kita kerjakan selama waktu beraktivitas, misalnya pukul 7 (waktu konvensional) diganti menjadi 1 jam setelah jam 6 pagi (mulai beraktivitas).
Untuk meningkatkan pengendalian diri, langka-langkah yang disarankan :
- Perkuat kendali atas emosi-emosi negative dan impulsimpuls spontan. Ingat, emosi itu datang dan pergi. Sebisa mungkin kendalikan, kalau tidak tonton saja dan biarkan saja ia pergi. Lepas kendali misalnya marah yang luar biasa atau iri dengki yang sangat dapat merugikan bisnis, karena kehilangan sisi-sisi pertimbangan ekonomis yang sehat.
- Buat standar pribadi untuk dua hal yang berprinsip yakni, kejujuran dan integritas (satunya kata dan perbuatan). Jujur dan integritas terhadap diri sendiri merupakan basis mengembangkan bisnis yang dapat dipercaya dan diandalkan oleh pelanggan, karyawan, dan investor.
- Dengan sadar dan gembira ambil tanggung jawab atas pekerjaan yang kita lakukan. Jangan melempar tanggung jawab pada pihak-pihak lain. Sikap ini akan memperkuat karakter dan akan mendapatkan penghormatan khususnya dari pelanggan dan rekan kerja.
- Bersikaplah fleksibel dan terbuka terhadap setiap perubahan yang terjadi. Sikap kaku dan tertutup mengancam keberadaan diri kita sebagai Entrepreneur di tengah zaman yang sangat cepat berubah.
- Bersikaplah yang nyaman terhadap ide-ide baru dan segar, informasi baru dan tidak biasa serta pendekatan yang unik.
- Dari sinilah berkembang inovasi bisnis yang tak kita sangka-sangka dapat menjadi andalan di masa depan.
Sebagai pendorong motivasi, berikut ini adalah tip-tip dari Goleman:
- Bangkitkan dorongan hati untuk mencapai atau bahkan memperbaiki standar keunggulan kerja (standard of excellence). Hari ini lebih baik dari kemarin, esok lebih baik dari hari ini. Perbaikan yang terus menerus dan gradual atau yang sekali-kali tapi radikal jauh lebih baik bagi bisnis daripada kepadaan yang statis mandeg. Berhenti sering berarti mati, entah secara pelan-pelan atau mendadak.
- Selaraskan dan tautkan tujuan pribadi dengan tujuan kelompok dan organisasi, inilah yang disebut aliran flow (motivasi). Ketidaksesuaian menimbulkan gesekan yang sangat mengganggu. Dalam sebuah organisasi bisnis, tujuan organisasi adalah yang utama. Sosialiasikan dan jadikan tujuan itu sebagai elemen utama tujuan dan kelompok dan pribadi. “Jangan tanyakan apa yang telah diberikan Negara kepadamu, tanyakan apa yang telah kau berikan untuk Negara,” ucapan yang tersohor dari John F. Kennedy.
- Selalu siaga untuk bertindak mengambil peluang yang muncul di depan mata. Di era hiperkompetensi menjadi yang pertama merupakan keuntungan luar biasa. Kecepatan memanfaatkan peluang untuk hal-hal positif menjadi daya saing yang utama.
- Teguh dan konsisten untuk mencapai tujuan, apa pun kendala dan rintangan yang dihadapi. Fokus pada tujuan, tetap bergairah untuk mencapai puncak, tahan dan mampu mengatasi rintangan, bangkit kembali walau terantuk kegagalan. Keteguhan yang sering sulit dipahami dalam kerangka waktu yang pendek, tetapi dikagumi dalam jangka waktu panjang.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yang menentukan seberapa baik kita mampu menjalin hubungan dengan orang lain meliputi aspekaspek: empati (empathy), dan keterampilan sosial (social skills). Seorang entrepreneur yang ingin kemampuan sosialnya meningkat dapat mengikuti sejumlah tip berikut. Ingat, ber-EQ tinggi sangat menunjang keberhasilan Anda.
Empati adalah kemampuan untuk dapat menyadari apa yang dirasakan orang lain. Simak langkah-langkah meningkatkan empati:
- Dapat merasakan apa yang dirasakan dan dipahami (perspektif) orang lain, serta mampu mengambil respons aktif. Umumnya kita sekadar merasakan tanpa melakukan respons aktif, misalnya kita dapat merasakan kekecewaan pelanggan karena produk yang cacat, tapi ternyata tidak ada langkah ril yang dilakukan. Kemapuan merasa dan bertindak menjadi dasar hubungan sosial yang saling bergantung dan berkelanjutan.
- Dapat merasakan kebutuhan orang untuk tumbuh dan meningkatkan kemampuan. Inilah yang menjadi dasar dari daya saing masa kini, belajar atau pembelajaran (learning). Ibarat mata gergaji, belajar akan membuat mata itu tetap tajam hingga mampu menghadapi setiap kemungkinan baru. Beri kesempatan pada Anda dan karyawan untuk belajar sebanyak-banyaknya. Karyawan yang semakin pintar memaksa Anda lebih pintar dari mereka. Hasilnya, sebuah organisasi yang dahsyat!
- Punya orientasi layakan sehingga dapat mengantisipasi, mengetahui dan memenuhi undangan, dan memenuhi harapan pelanggan. Setiap orang harus punya pelanggan, oleh sebab itu harus bisa melayani. Jangan sampai dibalik, setiap orang adalah bos hingga minta dilayani. Organisasi berorientasi pelanggan akan mendorong kea rah pelayanan prima.
- Mampu menciptakan peluang dan kekuatan dari keragaman orang yang berbeda-beda. Prinsip keragaman hayati juga lebih menjamin kelangsungan hidup makhluk biologis. Demikian juga dalam kehidupan sosial keragaman orang (keterampilan dan nilai-nilai pribadi) harus disinergikan sehingga menjadi kekuatan hebat!
- Memahami dan mampu mengelola hubungan-hubungan kekuasaan dan kebutuhan antarkelompok. Pada akhirnya kemampuan merasakan dan memahami sebaiknya dikembangkan dari individu ke kelompok lain.
Dimensi kedua dari kompetensi sosial ialah keterampilan sosial. Untuk meningkatkan kemahiran menguasai keterampilan itu, berikut ini sejumlah tip dari Goleman:
- Meningkatkan taktik yang efektif untuk memengaruhi orang lain. Ini bermanfaat pada semua jenis interaksi bisnis. Kuncinya agar hasilnya win-win ialah bagaimana
- agar ide kita dengan hati nyaman dapat diterima karena mendukung kepedulian/kepentingan mereka.
- Mampu mendengar secara terbuka dan mampu menyampaikan pesan secara meyakinkan. Mendengar dan berbicara merupakan dua hal yang harus dijaga keseimbangannya untuk tercapainya interaksi yang sehat.
- Mampu melakukan negosiasi dan penyelesaian (resolusi) atas konflik-konflik yang muncul. Dalam bisnis jarang ada proses yang langsung jadi, diperlukan keterampilan tukarmenukar, tawar-menawar, dan mengambil manfaat dari perbedaan antar individu/tim.
- Mampu memimpin, dengan menginspirasi dan mengarahkan individu atau kelompok, Entrepreneur adalah pemimpin. Oleh sebab itu kepemimpinan sebagai pemberi arah dan inspirasi mutlak harus dimiliki.
- Mampu memelopori dan memfasilitasi perubahan. Entrepreneur tidak sekadar merespons perubahan tetapi berani memelopori langkah-langkah perubahan.
- Mampu merekatkan hubungan antar individu dan kelompok. Inilah keterampilan politik yang sebaiknya dimiliki entrepreneur. Memanfaatkan persamaan sebagai modal dasar dan menggunakan perbedaan sebagai peluang untuk komplementasi.
- Menggalang kerjasama dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Entrepreneur selayaknya dapat mengajak setiap individu/kelompok menyumbangkan segenap kebaikannya untuk tujuan organisasi.
- Menciptakan sinergi untuk meningkatkan kinerja organisasi. Entrepreneur melalui pertautan antar individu/kelompok internal, serta penyelerasannya dengan lingkungan eksternal, dapat memberi hasil yang lebih besar dari penjumlahan kinerja masing-masing individu/kelompok.
Banyak sekali dimensi dalam upaya meningkatkan EQ ala Daniel Goleman. Walaupun panjang yang bertele-tele tetapi diharapkan poin-poin pembelajarannya tetap terang-benderang. Kemampuan EQ walaupun teramat penting ternyata luput dari perhatian banyak sekolah atau pendidikan dalam rumah. Jadi mulailah dari diri pribadi dan keluarga sebelum kemudian diterapkan ke lingkungan sosial dan bisnis Anda.
Berondongan tip yang diadaptasi dari Goleman untuk para Entrepreneur seperti Anda, diharapkan bisa menjadi resep mujarab untuk mendongkrak kemampuan mengelola diri dan pada akhirnya mampu mendongkrak kinerja bisnis. Coba saja resep-resep EQ itu!
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Enterpreneur_Mentality
#Kecerdasan_Emosional_Enterpreneur