DigIndonews.com—Sampah terus menjadi permasalahan utama di Indonesia. Menumpuknya sampah di Indonesia menjadi ancaman kesehatan serius kepada setiap individu, terlebih bagi mereka yang tinggal disekitar TPS. Pernahkah kamu bayangkan sebanyak 30.911.430,20 ton/tahun penimbunan sampah di Indonesia, dan 40,91% limbah rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dalam penumpukan sampah (KLHK,2021 dikutip dalam Rizky Adriyanto, Fini Fajrini, Nur Romdhona, Noor Latifah,2023).
Tidak hanya mengancam kondisi lingkungan, tetapi menjadi ancaman dalam penurunan kekebalan tubuh. Sangat mengejutkan, tetapi permasalahan sampah bagaikan teka teki labirin yang tiada ujungnya.
Lantas bagaimana nasib mereka yang tinggal disekitar tempat pembuangan sampah (TPS)? Bau yang menyengat dari pengolahan sisa bahan yang tidak terpakai yang sudah mengalami pembusukan oleh bakteri penyebab penyakit menghasilkan gas (CH4) dan gas Hidrogen Sulfida (H2S) akan menjadi mimpi buruk seumur hidup untukmu. Gas tersebut akan masuk kedalam sistem pernapasan dan perlahan mengancam kesehatan. Bahkan tidak hanya itu, tercemarnya atmosfir sekelilingmu akibat buruknya kualitas udara akibat pencemaran menjadi bilah tajam dalam ancaman kesehatan.
Hal ini berarti, Masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah TPS secara tidak langsung dipaksa berdamai dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Contohnya, setiap kali warga melakukan aktivitas makan, mereka juga harus mencium bau busuk sampah.
Bau busuk yang dihasilkan sampah mengundang tikus, lalat, nyamuk, yang menjadi vektor penyebab timbulnya masalah kesehatan. Keluhan kesehatan bagi mereka yang tinggal di sekitar TPA bisa berupa penyakit kulit, diare, gangguan pernapasan, nyeri dada, kepala pusing, batuk, cacingan dan masih banyak lagi (Astri Axmalia,2020).
Di Daerah Yogyakarta, tempat pengolahan sampah masih beradasangat dekat dengan pemukiman warga, bahkan jarak TPS tidakmencapai 100m.
Keresahan dan keluhan warga sudah terbungkam. Mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus hidup berdampingan dengan penyebab infeksi penyakit. “Mau bagaimana lagi kanmas, kami juga udah tinggal disini dari lama, ya kalaupun dibilang terganggu sudah pasti terganggu, apalagi kalau musim hujan, bau sampahnya makin menyengat. Gak mungkin juga kami pindah dan tidak mungkin juga mereka (TPS) yang pindah” Ujar Pak Kustaman selaku warga.
Masih menjadi pertanyaan serius, apakah Indonesia masih gagal dalam pengalokasian dan pengolahan sampah ?
Dengan ancaman serius bagi mereka yang tinggal dengan TPS , seharusnya pemerintah daerah setempah mengambil langkah yang efektif dalam pemilihan Lokasi TPS seperti :
Jadi, dengan demikian, pemilihan Lokasi TPS yang tepat tidak berdampak buruk bagi Kesehatan warga, dan tidak menjadi ancaman jangka panjang. Serta warga tidak akan mengalami keluhan gangguan kesehatan dan menjadi tambahan untuk masyarakat agar mengurangi kebiasaan buruk dalam penumpukan sampah, agar kita dapat membuat perubahan dalam penurunan penyumbang sampah untuk Negeri Indonesia yang kita cintai.***
Penulis : Farid Farhan, Mahasiswa Pascasarjana FK-KMK Universitas Gadjah Mada
Referensi :