DigIndonews.comDigIndonews.com
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Reading: BELAJAR HIDUP DARI NILA 
Share
Font ResizerAa
DigIndonews.comDigIndonews.com
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Search
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
© Sayangi.com 2022 | All Rights Reserved
DigIndonews.com > Khazanah > BELAJAR HIDUP DARI NILA 
Khazanah

BELAJAR HIDUP DARI NILA 

Agus Salim Published Mei 13, 2023
Share
SHARE

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Musibah itu, entah bernama kematian, sakit, kehilangan harta benda, difitnah, dan sebagainya akan memberikan kesadaran dan bahkan inspirasi untuk bertahan, bekerja keras, dan bersabar, serta menjadi jalan menuju kemapanan dan kehidupan yang lebih baik. Nila, adalah contohnya. Nenek berusia 70 tahun itu, dalam segala keterbatasannya tetap berusaha bertahan hidup bersama putranya yang buta, Feri, 45 tahun, setelah musibah beruntun yang menimpanya 39 tahun silam. 

 

Semula, kehidupan Nila dan suami beserta empat orang anaknya yang tinggal di Kenagarian Guguk, Kabupaten Lima Puluh Kota, memang berkecukupan. Namun, kehidupannya lantas terasa payah ketika pendapatan yang diperolehnya bersama suami dari hasil pertanian, mulai digerogoti untuk biaya pengobatan anakanaknya yang ditimpa sakit. Akan tetapi, tiga adik Feri justru meninggal satu persatu. 

 

Penderitaan Nila bertambah berat di saat suaminya juga meninggal dunia, kala ia masih berumur 31 tahun. Sejak itu mulailah babak baru dalam kehidupannya. Tapi rasa pilu belum juga hendak beranjak ketika setahun kemudian, Feri, anak satu-satunya menderita penyakit campak berat. 

 

Setelah coba diobati, ternyata penyakit campak yang dialami anak itu telah akut. Disela-sela harus mencari kebutuhan sehari-hari, Nila mesti memikirkan biaya berobat Feri. Akibatnya, Feri merasakan penderitaan yang tak henti-hentinya. Sampai ia harus mengalami kebutaan. Meskipun pahit, namun kehidupan Nila tetap berjalan terus. Nila mengajari Feri untuk tetap berjuang menghadapi sisa-sisa hidup. 

Baca Juga  MEMBANGUN INTEGRITAS 

 

Nila sadar, dengan kondisi itu, bahwa betapapun beratnya ia harus bertahan. Ia pun memulai segalanya dengan membuat sapu lidi, pekerjaan yang dulu hanya sekedar sambilan. Akirnya, Nila sendiri yang mencari pohon-pohon kelapa yang dapat diambil lidinya. Tapi, karena penyakit asam urat yang dideritanya, ia akhirnya lumpuh. Namun ia tidak berhenti, ia dan anaknya tetap terus berjuang dan sabar dengan apa yang terjadi. Keduanya tetap bertawakal, tetap bekerja tanpa menyandarkan nasib kepada orang lain. Berpantang untuk mengemis. 

 

Meski tak dapat melihat, ternyata Feri bisa bekerja untuk menghidupi diri dan ibunya. Sapu lidi tersebut mereka jual berkeliling pasar-pasar, dari satu tempat ke tempat yang lain. Tidak jarang Feri harus menggendong ibunya untuk sampai di pasar. Ibunya yang memandu arah jalan dari gendongan Feri. 

 

Tidak kuat seperti itu, Feri akhirnya membuat gerobak dari kayu. Dia menarik gerobak sementara ibunya duduk di atas gerobak sambil mengendalikan jalannya gerobak. Tidak kurang 40 km jarak yang ditempuh keduanya pulang saban hari untuk menjajakan sapu lidi buatan mereka. Tidak pernah berkata capek. 

 

15 tahun Feri menjalani pekerjaan itu, tidak pernah sepatah kata penyesalan pun keluar dari lisannya, hingga kemudian sebuah media mengangkat kisahnya dan lalu mengubah jalan hidup mereka. Simpati orang-orang pun mengalir kepadanya yang kemudian mengakhiri keserbakekurangan dalam hidupnya. Nila dan Feri kini hidup berkecukupan dari orang-orang kaya yang berbagi rezeki dengan mereka. 

Baca Juga  DIBIUS CINTA PADA AZZA WA JALLA

 

Meski mungkin apa yang mereka terima tidak secara langsung dari usaha keras mereka, tetapi memang, anugerah Allah datang dari pintu-pintu yang tidak terduga. Dan walaupun kesulitan mereka telah terganti, kesadaran mereka tetap tidak berakhir. 

 

Kejutan-kejutan hidup yang terkadang tiba-tiba menimpa kita memang tidak seharusnya kita ratapi, apalagi disesali. Sebab, kenikmatan-kenikmatan Allah yang banyak, seringkali baru terasa ketika kejutan-kejutan itu datang. Misalnya, ketika kita selalu berada dalam keadaan sehat, maka kita tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa musibah dan kesusahan, dan kita tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang kita peroleh. Kejutan sakit itulah yang akan menyadarkan kita betapa perihnya ditimpa musibah. 

 

Sebab itu, orang yang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut, karena sesungguhnya di balik sakit itu terdapat hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang mau memikirkannya. Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda, ”Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” 

 

Musibah dapat menyebabkan seorang manusia berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakal dan ikhlas dalam memohon kepada Allah SWT, sehingga ia akan merasakan manisnya iman lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita, sebagaimana dirasakan Nabi Ayub a.s., ”Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83) 

Baca Juga  UBAHLAH KEYAKINAN

 

Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang manusia menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak pula orang yang setelah ditimpa sakit ia mulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan shalat dan berbuat kebaikan, yang kesemuanya tidak pernah ia lakukan sebelum menderita sakit. Sakit yang memunculkan ketaatan-ketaatan seperti itu, pada hakikatnya merupakan kenikmatan baginya. 

 

Apabila manusia selama hidupnya tidak pernah ditimpa musibah, biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya, dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Namun ketika ia ditimpa musibah, dikejutkan oleh sebuah kejadian, ia akan sadar bahwa ternyata ia tidak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya, tak kuasa melakukan suatu pembelaan untuk dirinya. Demikian pula orang lain, tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri dihadapan Allah dan sesama manusia? Itulah buah dari sebuah kesadaran, meskipun harus bangkit karena kejutan yang mengguncang. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Goresan_Hikmah

#Belajar_Hikmah_Dari_Nila

 

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Lagi, Terjadi Letusan Gunung Anak Krakatau PVMBG Himbau Masyarakat Tidak Mendekati Gunung Radius 5 Kilometer
Next Article KISAH KAYU YANG MENAKJUBKAN
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Daerah816
    • Agam13
    • Bukit Tinggi12
    • Limapuluh Kota384
    • Padang23
    • Payakumbuh24
    • Solok56
  • Ekonomi326
  • Headline395
  • Internasional78
  • Khazanah169
  • Lifestyle110
  • Nasional729
  • Olahraga69
  • Opini150
  • Pariwara Lipsus27
  • Politik246
  • Uncategorized189
  • Video15

Berita Lainnya

Mengenal Uji Ketahanan yang Sedang Dijalani Rangkaian Trainset (TS) 20 LRT Jabodebek
Hisense Merayakan Dimulainya FIFA Club World Cup 2025™ sebagai Mitra Resmi, Menandai Tonggak Baru dalam Perjalanan Olahraga Global
INDONESIA PERLU TINGKATKAN KETAHANAN DIGITAL DAN EKONOMI NASIONAL Direktur CSI: PRABOWO HARUS SIGAP ANTISIPASI PERANG IRAN – ISRAEL
Floating Breakfast ala Grazie Bali: Sensasi Sarapan Terapung yang Instagramable dan Tak Terlupakan

Berita Terkait

Raja Ampat Bukan Korban Tunggal Eksploitasi Tambang; HMI KORKOM Universitas Nasional Angkat Suaraw

Juni 15, 2025
SolokKhazanah

Momentum Idul Adha, PC GP Ansor se-Sumbar Pererat Spirit Perjuangan dan Ukhuwah Lewat Ziarah Ulama

Juni 8, 2025
Khazanah

Jelang Idul Adha, GP Ansor Sijunjung Gelar Aksi Bersih-Bersih Masjid di Pelosok

Juni 5, 2025

Opini Tak Berdasar Bisa Lukai Keadilan, Mari Percaya pada Proses Hukum

Juni 2, 2025
Show More
DigIndonews.comDigIndonews.com
Follow US
© DigIndonews.com 2024 | All Rights Reserved
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
Sign in to your account

Lost your password?