Kazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
يََرُْجُ ٌِ َْ بُػُُِٔ َا شَََابٌ مُُخَْي فٌِ أَلْ َاُُ ُّ 69
“…Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya.” (QS. An-Nahl [16]: 69)
Orang yang hidup mengekang diri dengan satu gaya atau model hidup, sudah tentu akan dilanda kejenuhan. Itu terjadi, karena jiwa manusia pada dasarnya cenderung mudah jenuh.
Tabiat dasar setiap manusia adalah tidak senang berada dalam satu keadaan yang sama. Dan karena itu pula, Allah menciptakan banyak warna dan bentuk untuk suatu tempat, zaman, makanan, minuman, dan makhluk-makhluk ciptaanNya. Ada malam ada siang, ada dataran tinggi ada dataran rendah, ada putih, ada panas ada dingin, dan ada manis ada kecut.
“…Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya.” (QS. An-Nahl [16]: 69)
Dalam beribadah pun manusia akan merasa jenuh. Oleh karena itu, maka Allah memberi banyak pilihan bentuk dan cara beribadah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Allah telah menetapkan pelbagai amalan hati, amalan lisan, amalan badan, dan ada amalan harta.
Kita juga tidak hanya diwajibkan shalat, tetapi juga membayar zakat, menjalankan puasa, menunaikan haji dan ikut berjihad. Bahkan, dalam shalat pun kita tak hanya disuruh berdiri saja, tetapi juga rukuk, berdiri, sujud, dan duduk.
Semua ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang menginginkan kepuasan, semangat yang selalu baru dan produktivitas, maka ia harus pandai membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja, merenung, dan mencari hiburan.
Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi; kapan Anda harus membaca Al-Qur`an, tafsir, sîrah Rasulullah, hadis, fikih, sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwamu akan selalu merasa segar dan bergairah. Janganlah bersedih! Anggap saja engkau tidak akan hidup kecuali sehari saja, sehingga mengapa engkau terus bersedih dan marah pada hari ini?
Menyibukkan diri dengan masa lalu, dan meratapi kembali kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan berlalu, adalah sebuah kebododohan. Pepatah Cina mengatakan, “Jangan dulu menyeberangi jembatan sebelum engkau sampai di jembatan itu.” Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya sendiri.
Bagaimana orang yang masih menanggung beban berat kesedihan masa lalu dan kecemasan terhadap masa depan dapat hidup tenang hari ini? Janganlah menunggu hingga waktu pagi, engkau harus membatasi angan-anganmu, menunggu ajal yang sewaktuwaktu menjemput Anda, dan selalu berbuat yang terbaik. Jangan larut dalam kecemasan-kecemasan di luar hari ini. Kerahkan segala kemampuan untuk hari ini. Berbuatlah semaksimal mungkin, dan pusatkan konsentrasimu untuk melakukan sesuatu dengan cara meningkatkan kualitas moral, menjaga kesehatan, dan memperbaiki hubungan sesama.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#21_Pesan_Alqur’an
#Enyahkan_Kecemasan_dan_Kejenuhan