DigIndonews.comDigIndonews.com
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Reading: BRUTALITAS DAN REPRESIFITAS APARAT DI RUMAH TUHAN!
Share
Font ResizerAa
DigIndonews.comDigIndonews.com
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Search
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
© Sayangi.com 2022 | All Rights Reserved
DigIndonews.com > Opini > BRUTALITAS DAN REPRESIFITAS APARAT DI RUMAH TUHAN!
Opini

BRUTALITAS DAN REPRESIFITAS APARAT DI RUMAH TUHAN!

Muhammad Andi Alfian Published September 7, 2023
Share
SHARE

Ribuan masyarakat dari Pigogah Pati Bubur, Air Bangis Pasaman Barat datang ke Kota Padang tercinta pada tanggal 30 juli 2023. Kota dimana kantor Gubernur Sumatera Barat nan “bengis” itu berdiri megah. Masyarakat datang dengan segenap harapan untuk menyampaikan aspirasi mereka terhadap keresahan-keresahan yang mereka rasakan selama ini. Karena tidak juga mendapat solusi dari Bupati di Kabupaten setempat.

Sesampainya di Ibu Kota Provinsi, Mesjid Raya Sumatera Barat menjadi tempat mereka beristirahat dan juga beribadah karena memang Mesjid selalu terbuka untuk siapa saja, apalagi bagi mereka yang sedang berjihad memperjuangkan keadilan dan nasibnya.

Keesokan harinya, 31 Juli 2023 mereka berjalan dari Mesjid tersebut menuju kantor gubernur dengan melakukan aksi damai, dengan harapan keluh kesah mereka ditanggapi oleh si gubernur sebagai pemangku kebijakan tertinggi di sebuah Provinsi. Namun hanya penat yang mereka dapatkan, lima hari lamanya mereka lakukan aksi damai, di bawah terik matahari yang menyengat dan juga hujan yang berjatuhan membasahi bumi. Namun semangat mereka tidak pernah surut, walaupun tidak pernah ditemui oleh gubernur. Memang begitulah wajah pejabat di negeri ini, mau menemui masyarakat ketika hanya kampanye di waktu pemilu saja.

Sebenarnya tuntuntan yang dibawa oleh masyarakat jauh- jauh datang dari kampung kepada gubernur tidak berat amat-amat sih, tidak seberat penderitaan yang mereka rasakan. Masyarakat hanya meminta agar usulan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ada dikampung mereka dicabut, tarik brimob dari kampung mereka, bebaskan keluarga mereka yang ditangkap secara semena- semena, biarkan mereka bebas menjual hasil kebun yang mereka tanam sendiri kepada siapapun.
Itu saja yang menjadi tuntutan kecil dari mereka sebagai masyarakat yang telah lama menghuni kampung tersebut.

Baca Juga  Panas, HmI Cabang Berau " Sentil " Kapolres Berau

Namun harapan mereka untuk bertemu dengan gubernur di hari selanjutnya sirna begitu saja. Sabtu sore, 5 Agustus 2023 Ketika mereka sedang beristirahat sembari melantunkan sholawat kepada nabi di palantaran mesjid, tiba- tiba datanglah segerombolan manusia yang mengatasnamakan diri mereka sebagai aparat negara (Polisi). Tanpa rasa iba dan kasihan sedkitpun, masyarakat dipaksa, diseret, dipukul, ditangkap dengan sewenang-wenang. Dengan dalih ingin memulangkan warga karena prihatin dan sebagainya. Apakah cara seperti itu adalah bentuk keprihatinan dari polisi?

Ratapan dan tangisan masyarakat berderai berjatuhan tapi tetap diperlakukan tidak manusiawi sama sekali oleh si aparat-aparat itu. Bahkan tak ubahnya diperlakukan seperti “binatang”. Di rumah Tuhan nan suci, yang seharusnya menjadi tempat teraman bagi hambanya, malah menjadi tempat menyeramkan ketika gerombolan aparat negara itu datang dengan bersenjata lengkap, untuk mengusir hamba-hamba Tuhan yang sudah lima hari beristirahat karena bolak balik ke halaman kantor gubernur dalam menuntut hak mereka sebagai rakyat.

Apakah begitu cara pemimpin melalui kekuatan aparat negara, di tanah yang katanya beradat ini, yang fasih dengan falsafahnya “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”?, lalu tindakan aparat yang semacam itu kepada masyarakat, apakah sesuai dengan falsafah yang selalu digaung-gaungkan itu?. Adakah agama yang menghalalkan perlakuan aparat polisi yang brutal dan represifitas, atau apakah adat minangkabau membenarkan semua kekejian semacam itu?…

Baca Juga  Pemerintah dan DPRD Harus Berani Menghadapi Arrogance of Power Perusahaan" Batu-Bara di Kabupaten Berau

Miris melihat masyarakat di perlakukan bak binatang, oleh orang- orang yang berseragam itu, padahal mereka digaji setiap bulannya dengan uang rakyat, dimana seharusnya mereka melindungi, melayani, mengayomi. Tetapi malah bertindak secara brutal dan merepresi masyarakat yang seharusnya mereka lindungi. Apakah aparat negara hanya mengandalkan otot dalam bertugas tanpa menggunakan pikiran dan hatinya nuraninya?. Demi menjalankan perintah atasan dengan kalimat “siap ndan, siap ndan”.

Lalu setelah peristiwa brutal dan represif itu, adakah mereka para aparat yang terlibat meminta maaf atas kekejamannya?, sama sekali tidak pernah meminta maaf kepada masayarakat. Malah membuat klarifikasi di media-media untuk pencitraan yang kemudian saeolah-olah peduli dengan masyarakat. Sepertinya benar guyonan Gusdur terkait polisi baik dan jujur, “di indonesia ini cuma ada tiga polisi yang baik dan jujur yaitu: polisi tidur, patung polisi dan jenderal hoegeng”. Begitulah faktanya cuma baik di depan layar saja. Mahasiswa, masyarakat dan pendamping hukum mereka tangkap saat berada di lokasi peristirahatan, dengan dalih diamankan, diamankan kok hampir 24 jam. Hehehe polisi mah bebas main tangkap saja tanpa memperhatikan mekanisme dan aturan hukum yang berlaku.

Parahnya lagi, ketika peristiwa itu berlangsung, seorang pendamping hukum dipukul beberapa kali oleh “preman” berseragam itu dihadapan banyak orang pada saat diseret dan dipaksa masuk kedalam mobil polisi. Tampak jelas di video rekaman yang beredar, padahal sipendamping hukum sudah minta ampun, namun tetap saja dipukul oleh paja yang indak bautak tu. Hemm, berbadan tegap, dikasih seragam oleh negara malah untuk memukul rakyat. Tapi si tukang pukul itu sampai sekarang aman-aman saja, apa karena dia seorang polisi kali ya?. Jadi tak tersentuh hukum, mungkin ini yang namanya hukum itu tumpul ke atas tajam ke bawah.

Baca Juga  Presiden Prabowo diminta Evaluasi Yandri Susanto Yang Telah Mencoreng Citra Wartawan dan LSM

Katanya setiap orang sama dihadapan hukum “equality before the law”. Pada kenyataannya setiap penganiyaan yang melibatkan anggota polisi di republik ini, nampaknya jarang tersentuh oleh hukum. Coba kalau rakyat kecil yang melanggar hukum, hukumannya minta ampun, kalau tidak ada pasal untuk perkara tersebut, bisa dicari-carikan pasalnya, yang penting ada pasal dan hukumannya. Maklum Indonesia kan gudang pasal-pasal untuk menjerat masyarakatnya sendiri, terutama untuk rakyat yang sedang mencari keadilan.

Menurut penulis tidak satupun aturan hukum yang membenarkan perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian, seperti yang penulis ceitakan di atas. Bahwa setiap orang berhak hidup tanpa disiksa, apalagi kejadian tersebut terjadi di rumah Tuhan. Sungguh sangat miris dan patut menjadi perhatian kita bersama kedepannya, agar- agar kejadian seperti itu tidak terulang dikemudian hari di tanah nan beradat ini. Ingat di atas hukum ada yang namanya kemanusiaan. Panjang umur hal-hal baik***

Penulis: Muhammad Jalali
Masyarakat Sipil Sumatera Barat

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Komit Hapuskan Stunting, Nagari Bukik Sikumpa Luncurkan Program ‘Lumbuang Bukik Sikumpa’
Next Article Nagari Koto Tangah Batu Ampa Baralek Gadang, 23 Pangulu Dilewakan
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Daerah816
    • Agam13
    • Bukit Tinggi12
    • Limapuluh Kota384
    • Padang23
    • Payakumbuh24
    • Solok56
  • Ekonomi326
  • Headline395
  • Internasional78
  • Khazanah169
  • Lifestyle110
  • Nasional729
  • Olahraga69
  • Opini150
  • Pariwara Lipsus27
  • Politik246
  • Uncategorized189
  • Video15

Berita Lainnya

Mengenal Uji Ketahanan yang Sedang Dijalani Rangkaian Trainset (TS) 20 LRT Jabodebek
Hisense Merayakan Dimulainya FIFA Club World Cup 2025™ sebagai Mitra Resmi, Menandai Tonggak Baru dalam Perjalanan Olahraga Global
INDONESIA PERLU TINGKATKAN KETAHANAN DIGITAL DAN EKONOMI NASIONAL Direktur CSI: PRABOWO HARUS SIGAP ANTISIPASI PERANG IRAN – ISRAEL
Floating Breakfast ala Grazie Bali: Sensasi Sarapan Terapung yang Instagramable dan Tak Terlupakan

Berita Terkait

Ketum PPI Bima Putra Kecam Keras Hasbiallah Ilyas: “Jangan Balik Logika, Koruptor Itu Penjahat Negara!

Juni 9, 2025
NasionalOpiniUncategorized

Menembus Nasional dari Tanah Solok: Kiprah Anak kampung di Kementerian Pertanian

Juni 3, 2025

Opini Tak Berdasar Bisa Lukai Keadilan, Mari Percaya pada Proses Hukum

Juni 2, 2025

Tantangan dan Perspektif Masa Depan Hutan Indonesia Serta Solusinya

Mei 18, 2025
Show More
DigIndonews.comDigIndonews.com
Follow US
© DigIndonews.com 2024 | All Rights Reserved
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
Sign in to your account

Lost your password?