DigIndonews.com, Jakarta – Keberagaman merupakan suatu kondisi dalam masyarakat yang berbeda suku, agama ras dan antar golongan.
Dengan keberagaman di Indonesia, segala macam informasi yang bertebaran di internet bisa memberi dampak negatif, jika individu tidak bisa menfilter dan memahami nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultur.
Sudah sepatutnya sikap toleransi dan menghargai yang tertuang dalam nilai-nilai dasar bangsa menjadi landasan di dunia internet, tak hanya di kehidupan nyata saja.
Menjadi pengguna internet yang berkarakter dan berbudaya menjadi faktor penting membangun ruang digital yang sehat.
“Perlu berusaha mempertahankan kearifan lokal, sebab budaya sopan santun, kearifan lokal ada dalam peradaban dan kebudayaan kita” Ujar Yan dalam webinar legislator.
Senada dengannya, Yohan Wahyu Irianto , Peneliti Litbang Kompas memaparkan “Indonesia menjadi pasar dunia digital”.
Hal ini didukung dengan data pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia dalam 5 tahun terakhir yang terus meningkat.
Namun trend indeks literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,54 dari skala 5 yang artinya masih belum sepenuhnya masyarakat berliterasi digital.
Berdasarkan pilar indeks literasi digital Indonesia sudah cukup matang yang terdiri dari budaya digital, etika digital, kecakapan digital dan keamanan digital.
“Keberagaman Indonesia merupakan suatu kekayaan” tegasnya.
Indonesia yang terdiri dari 17.504 pulau, penduduk 277 juta, 1.340 suku bangsa, 1.728 warisan budaya, enam agama, 718 bahasa, dan keanekaragaman adat istiadat, kekerabatan, kesenian dan lain sebagainya.
Untuk menjaga keberagaman ini maka diperlukan prinsip harmoni yaitu saling pengertian, egatarianisme, toleransi, kerjasama, keterbukaan dan penghargaan atas prestasi. “Think before posting” setiap informasi yang diterima jangan ditelan mentah-mentah akan tetapi perlu diteliti terlebih dahulu apakah informasi dan sumbernya dapat dipercaya atau sekedar hoax.