DigIndonews.com, Jakarta Selatan — Di tengah derasnya arus digitalisasi yang semakin menyatu dengan kehidupan sehari-hari, kesadaran akan keamanan data pribadi menjadi kebutuhan mendesak. Menjawab tantangan tersebut, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Komunikasi dan Digital (BPSDM Komdigi) kembali menggelar webinar Ngobras Literasi Digital bertema “Aman Digital: Melindungi Data Pribadi di Era Serba Online”, Rabu, 11 Desember 2025, bertempat di Intel Studio Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 12.00 WIB ini menghadirkan Anggota Komisi I DPR RI, Dr. H. Syamsu Rizal MI, S.Sos., M.Si, sebagai narasumber utama, bersama pegiat literasi digital Ilham Akbar. Diskusi juga diperkuat dengan pemaparan data tantangan keamanan siber nasional yang merujuk pada temuan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Dalam pemaparannya, Dr. Syamsu Rizal menegaskan bahwa perubahan pola interaksi masyarakat dari ruang fisik ke ruang digital telah membawa konsekuensi serius terhadap keamanan dan etika berinternet. Dunia maya, menurutnya, kini memiliki dampak nyata terhadap kehidupan sosial, ekonomi, hingga politik, sehingga memerlukan regulasi yang adaptif serta pemahaman digital yang memadai dari masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah mulai menerapkan pembatasan akses gawai dan media sosial bagi anak di bawah usia 16 tahun sebagai upaya perlindungan generasi muda. Namun, regulasi semata tidak akan efektif tanpa disertai peningkatan literasi digital yang merata. Negara, kata dia, memiliki tanggung jawab memastikan konektivitas digital berjalan seiring dengan kemampuan, etika, dan kesadaran keamanan penggunanya.
“Dunia maya sama dengan dunia nyata. Ada etika, ada aturan, dan ada risiko. Karena itu, masyarakat harus fokus pada kemampuan keamanan digital berbasis sumber daya personal agar dapat memanfaatkan internet secara efisien dan aman,” ujar Syamsu Rizal.
Sementara itu, Ilham Akbar mengajak peserta untuk melihat data pribadi sebagai aset bernilai tinggi yang kerap luput dari perhatian. Data tidak hanya sebatas nama atau nomor telepon, tetapi juga mencakup informasi demografi, kebiasaan, hingga data sensitif seperti kesehatan, biometrik, genetika, dan keuangan.
Rendahnya kesadaran keamanan digital, ditambah budaya oversharing di media sosial, disebut Ilham sebagai pintu masuk utama berbagai kejahatan siber. Pada periode 2025–2026, ia mencatat setidaknya lima vektor serangan digital yang paling sering terjadi, mulai dari aplikasi penipuan, AI voice scam, phishing di platform e-commerce, hingga pembajakan akun WhatsApp.
“Cyber crime hari ini sudah menjadi industri. Pelaku memanfaatkan kedekatan emosional, seperti kabar keluarga sakit, undangan hajatan, hingga mengatasnamakan pejabat atau tokoh adat,” ungkapnya.
Ancaman tersebut tercermin dari data BSSN yang mencatat sepanjang Januari hingga Juli 2025, Indonesia mengalami sekitar 3,64 miliar anomali trafik siber, dengan 83,68 persen di antaranya berupa serangan malware. Sisanya berasal dari akses tidak sah dan eksploitasi sistem. Tingginya nilai ekonomi data pribadi menjadikannya komoditas strategis, baik untuk iklan tertarget, penipuan, pencurian identitas, hingga diperjualbelikan di dark web.
Melalui webinar ini, peserta juga dibekali pemahaman mengenai jenis data pribadi yang paling rentan bocor, seperti identitas diri, kontak pribadi, lokasi real-time, hingga dokumen penting. Berbagai skenario kejahatan digital yang kerap terjadi, mulai dari phishing kontak pribadi hingga peretasan akun media sosial, diulas sebagai pembelajaran bersama.
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat didorong untuk menerapkan kebiasaan keamanan digital sederhana namun krusial, seperti menggunakan kata sandi berbeda untuk setiap akun, mengaktifkan autentikasi dua faktor, mengatur privasi media sosial, membatasi publikasi informasi sensitif, serta menonaktifkan fitur geolokasi bila tidak diperlukan.
Melalui kegiatan ini, BPSDM Komdigi berharap kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan dan perlindungan data pribadi semakin menguat. Dengan literasi digital yang baik, ruang digital diharapkan tidak hanya menjadi tempat berinteraksi, tetapi juga ruang yang aman, bijak, dan produktif bagi seluruh lapisan masyarakat.


