Matarakyat24.com, Bekasi, 31 Oktober 2025 — Pemanfaatan teknologi digital oleh generasi milenial dinilai menjadi faktor kunci dalam menghadapi tantangan global. Pesan ini mengemuka dalam Forum Diskusi Publik bertajuk “Pentingnya Pemanfaatan Digital Bagi Milenial Menghadapi Tantangan Masa Depan” yang menghadirkan tokoh legislatif, akademisi, dan praktisi komunikasi.
Anggota Komisi I DPR RI Farah Puteri Nahlia menegaskan bahwa digitalisasi menentukan arah masa depan bangsa. Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan digital tercepat di Asia Tenggara, namun tantangan literasi digital masih besar.
“Meskipun penetrasi internet sudah lebih dari 79% populasi, literasi digital kita baru di angka 3,49 dari skala 5. Ini menunjukkan pentingnya meningkatkan kemampuan kritis, etika, dan keamanan digital masyarakat,” jelas Farah.
Ia juga mengingatkan bahwa generasi muda Indonesia masih banyak yang menggunakan teknologi hanya sebagai sarana hiburan, bukan produktivitas. Padahal, menurutnya, ruang digital menawarkan peluang besar terutama di sektor ekonomi kreatif, startup, hingga UMKM digital.
Praktisi komunikasi Gun Gun Siswadi menambahkan bahwa digitalisasi tidak lagi sebatas inovasi teknologi, tetapi transformasi perilaku. Ia menyebut bahwa akses terbuka terhadap informasi seharusnya mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan anak muda.
“Dengan internet, milenial bisa belajar apa saja dari mana saja. Yang diperlukan adalah kemauan untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan teknologi secara produktif,” ujarnya.
Gun Gun juga menyoroti ancaman hoaks, ujaran kebencian, serta rendahnya kesadaran keamanan data pribadi. Menurutnya, literasi etis dan keamanan digital sama pentingnya dengan kemampuan teknis.
Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Teknik UNIKA Atmajaya, Yanto, Ph.D., mengatakan bahwa transformasi digital membutuhkan keseimbangan antara kompetensi teknologi dan karakter. Ia menekankan bahwa AI dan otomatisasi akan mengubah lanskap pekerjaan secara signifikan, sehingga generasi milenial harus mempersiapkan diri dengan keterampilan yang relevan.
“Dunia kerja masa depan menilai portofolio digital dan kemampuan berinovasi, bukan sekadar ijazah. Milenial harus kreatif, adaptif, dan memiliki etika digital yang kuat,” tutur Yanto.
Yanto juga menyoroti pentingnya pemerataan akses digital agar transformasi tidak menimbulkan ketimpangan sosial. Infrastruktur internet, pelatihan digital, dan dukungan terhadap inovasi daerah perlu diperkuat agar manfaat digitalisasi dapat dirasakan merata.
Para narasumber sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat merupakan prasyarat utama untuk membangun ekosistem digital yang aman, sehat, dan berdaya saing. Generasi milenial diharapkan menjadi pelopor dalam menjaga ruang digital yang produktif dan etis.***


