SIJUNJUNG- Balik lengang jalan perbukitan dan riuh sawah yang menghijau, masyarakat nagari di Sijunjung menyaksikan sesuatu yang jarang terjadi. Bukan sekadar rombongan kendaraan dinas yang melintas, melainkan kehadiran seorang Kapolres yang memilih untuk menyapa rakyatnya langsung, di tanah mereka sendiri.
Namanya AKBP Willian Harbensyah, S.IK. MH. Baru seratus hari menjabat sebagai Kapolres Sijunjung, tetapi langkahnya telah menorehkan jejak yang dalam. Bukan di kantor-kantor resmi, melainkan di balai adat, surau, dan rumah gadang. Ia hadir di tengah masyarakat nagari, mendengar keluh, menyerap aspirasi, dan mengajak bicara dengan bahasa sederhana yang dimengerti semua kalangan.

“Polisi tidak boleh jauh dari rakyatnya,” ucapnya mantap di hadapan warga. “Tugas kami bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga memahami, menyelesaikan, dan memberikan rasa aman.”
Selama seratus hari, hampir 62 nagari disapanya. Dari nagari yang dekat dengan ibu kota kabupaten hingga yang jauh di pelosok, semuanya mendapat ruang yang sama. Di setiap kunjungan, ia tidak datang hanya untuk bicara, melainkan untuk mendengar. Aspirasi tentang keamanan malam, masalah anak muda, hingga persoalan hukum adat, dicatat dan dicarikan jalan keluar bersama.
Sikap itu membuat masyarakat terkesan. Yal Hendri, Wali Nagari Bukit Bual, bahkan menyebut kunjungan Kapolres sebagai sesuatu yang bersejarah.
“Biasanya kami hanya melihat Kapolres lewat baliho ucapan atau media sosial. Sekarang masyarakat kami bisa langsung berinteraksi, menyampaikan keluhan, dan mendapat jawaban. Rasanya betul-betul aman dan diayomi,” ungkapnya penuh haru.
Di balik kunjungan-kunjungan itu, tampak filosofi kepemimpinan yang sederhana namun kuat: membangun keamanan tidak cukup dengan aturan, tetapi dengan kehadiran. Willian memahami betul bahwa setiap nagari punya adat, setiap masyarakat punya karakter. Dengan mendengar, ia menemukan kunci untuk menjaga harmoni antara hukum negara dan hukum adat.
Bukan hanya nagari yang disentuh, organisasi kemasyarakatan (ormas) pun dirangkul. Baginya, ormas adalah mata dan telinga tambahan, mitra yang bisa membantu membaca situasi dan menjaga kebersamaan. Dari ruang diskusi dengan tokoh adat hingga percakapan hangat dengan pemuda nagari, semua dijalin dalam bingkai komunikasi terbuka.
Kepemimpinan AKBP Willian Harbensyah, S.IK, MH adalah tentang hadir, mendengar, dan memberi solusi. Dalam waktu singkat, ia berhasil meneguhkan pesan bahwa polisi bukan sosok yang menakutkan, melainkan sahabat yang siap berdiri bersama rakyatnya.
Seratus hari hanyalah awal. Namun jejak langkah dari nagari ke nagari ini telah membangun kepercayaan baru. Bahwa rasa aman bukan sekadar slogan, melainkan nyata ketika pemimpin berani turun gunung, menyapa rakyatnya, dan mendengarkan dengan hati.