Oleh:
Tomas Johargi
( Presiden Mahasiswa / Ketua Dema STAI Solok Periode 2021 – 2022
Ketua Umum HMI Komisariat STAI Solok Periode 2023 – 2024 )
Kita Mulai dari kata-kata yang disampaikan oleh bapak Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., M.P.A., M.A. “Setiap bangsa pasti ingin menjadi bangsa yang besar dan unggul… Indonesia Emas tercapai saat bangsa ini aman dan damai, adil dan sejahtera, serta maju dan mendunia… tapi mampukah kita mewujudkan itu semua di tahun 2045?”
Indonesia memiliki visi yang sangat mulia yaitunya menjadikan bangsa Indonesia mencapai puncak kemajuan dan kesejahteraan pada tahun 2045. Ditengah tantangan yang terjadi di Negara Indonesia ditambah problematika yang masih tidak bisa diselesaikan sampai saat sekarang ini mestinya menjadi pertanyaan bagi kita apakah Indonesia Emas Akan tercapai?
Tidak ada yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara maju, pastinya semua elemen yang ada di Negara tercinta ini memiliki peran untuk mewujudkannya, Namun sekali lagi pertanyaannya apakah Indonesia emas bisa terwujud disaat mereka berjoget dibalik rakyatnya yang menderita?
Apakah Indonesia emas bisa terwujud disaat mereka yang bergembira dibalik Rakyatnya yang sibuk mencari kerja?
Negara tercinta kita baru saja merayakan Kemerdekaannya yang ke 80. Harusnya ini menjadi momentum dan Spirit baru untuk menjadikan bangsa yang lebih baik. Sesuai dengan visi besarnya yaitu “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” Namun Sekali lagi pertanyaannya adalah apakah itu semua bisa terwujud?
Saya bukannya tidak optimis mengenai visi besar negara tercinta kita ini, tapi melihat demonstrasi besar yang terjadi di beberapa kota yang ada di Indonesia, Mulai dari 25 – 28 Agustus terjadi gelombang Demonstrasi yang besar dan Intens Oleh Mahasiswa serta dukungan kelompok Buruh dan warga Sipil yang terjadi di Medan, Jakarta dan Lainnya yang membahas dan menuntut pembatalan kenaikan pajak dan tunjangan DPR.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwasanya pada bulan Agustus ini pemerintah mengusulkan peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hingga 250% di sejumlah daerah. Bersamaan, DPR RI menyetujui kenaikan tunjangan dan gaji anggota dewan, yang dinilai sangat fantastis oleh masyarakat.
Kebijakan ini memicu kemarahan luas, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih, yang membuat kenaikan pajak terasa semakin memberatkan bagi warga Negara.
Dengan kebijakan seperti ini tentunya memiliki dampak yang sangat besar bagi masyarakat seperti:
1. kenaikan pajak membuat harga barang dan jasa meningkat karena pelaku usaha akan mengalihkan beban pajak ke konsumen.
2. Masyarakat miskin yang pendapatannya rendah akan semakin kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.
3. Dengan meningkatnya biaya hidup, masyarakat miskin harus mengurangi konsumsi barang penting seperti makanan bergizi, kesehatan, atau pendidikan yang bisa memicu malnutrisi, putus sekolah, dan penurunan kualitas hidup.
Bukannya pemerintah memerhatikan dan memperhitungkan kondisi ini malah mereka menambah permasalahan dengan menaikkan gaji tunjangan mereka. Tentunya ini menjadi kesenjangan yang sangat besar antara pemerintah dan rakyatnya. Rakyat Diperas, DPR Berpesta! – Tunjangan DPR naik, pajak juga naik. Di mana keadilan sosial?
Wajar saja sebenarnya melihat mahasiswa beserta kelompok yang lain melakukan Demonstrasi, Karena geram dengan kebijakan seperti ini.
Tidak hanya sampai disitu, sungguh sangat memprihatinkan sekali melihat mereka yang berjuang menyuarakan aspirasi masyarakat, bukannya didengar dan dijaga malah di acuhkan dan disiksa, mulai dari penggunaan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan massa aksi, Penangkapan Massal yang berjumlah Sekitar 600 orang ditangkap secara sewenang-wenang di Jakarta, termasuk pelajar dan mahasiswa, beberapa di antaranya berusia di bawah 18 tahun serta Kekerasan terhadap Jurnalis. Bahkan, ada Pengemudi ojek Online yang meninggal ditabrak mobil taktis Brimob pada tanggal 28 Agustus di Jakarta.
Lantas dengan kejadian-kejadian yang seperti ini masih salahkah jika dikatakan bahwasanya sekarang “Indonesia Cemas”?
Kita memiliki konstitusi yang menjadi pedoman dalam kita bernegara, harusnya konstitusi hadir bisa menjadi penengah antara kesenjangan yang terjadi antara Pemerintah dan Rakyat, Namun kita bisa apa melihat mereka yang mengangkangi dan menghianati Cita -Cita negara kita yang termaktub di dalam UUD 1945.
Bukannya, Melindungi segenap bangsa Indonesia, malah melindungi oknum-oknum Penguasa, bukannya memajukan kesejahteraan Umum, malah menyejahterakan pejabat-pejabat, bukannya mencerdaskan kehidupan bangsa, malah menginginkan rakyatnya bodoh, Bukannya Adil untuk semua, malah adil untuk oknum-oknum tertentu saja.
Ditengah-tengah problematika yang terjadi ini tentunya kita berharap kepada orang-orang yang berjuang menyuarakan kebenaran di berikan kekuatan dan keyakinan dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, dan khususnya kepada orang yang dipercaya, memimpin bangsa ini agar menjalankan konstitusi dengan baik dalam memperjuangkan cita-cita negara Indonesia.
Kita memiliki harapan yang sangat tinggi, Indonesia memiliki cita-cita yang sangat besar, Tentunya kita sangat berharap agar semua harapan dan cita-cita yang kita impikan selama ini tidak menjadi sia-sia, Semoga Indonesia Emas tidak hanya Wacana dan sebatas kata-kata belaka.
Saya yakin dan percaya bahwasanya cita-cita yang besar ini merupakan tugas seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya tugas dari satu atau dua orang saja. Namun, tentu saja pemimpin memiliki peran utama dalam kemajuan negara kita ini.
Saya harap Pemerintah bisa menyelesaikan permasalahan ini secepatnya, dengan penuh pertimbangan yang matang, dan juga langkah yang produktif dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, agar kita masih bisa menjaga asa menuju Indonesia Emas 2045.
Karena Indonesia Emas 2045 tidak akan terjadi apabila masih ada kesenjangan antara rakyatnya, sesuai yang dikatakan oleh Prof. Dr. H. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U. “Impian Indonesia Emas 2045 akan tercapai apabila sepanjang perjalanan menuju 2045 pemerintah memerhatikan keadilan dan kemakmuran.”**