DigIndonews.com, Jakarta – Digitalisasi telah mendeskripsi hampir semua aspek kehidupan titik mulai dari cara kita berbelanja, berkomunikasi, belajar, transaksi keuangan, mendapatkan informasi travelling, hiburan olahraga dan aspek lain sudah berubah secara drastis.
Masa depan pekerjaan cukup positif untuk lebih banyak pekerjaan baru yang akan tercipta pada tahun 2030 daripada pekerjaan yang akan hilang dikarenakan otomasi.
“ Di era digital tren profesi beralih serba digital” Ujar Cristina Aryani, S.E., S.H., M.H (Anggota Komisi I DPR RI) dalam seminar merajut nusantara dengan tajuk “Membangun Kompetensi Digital: Optimalisasi Potensi Karir Dunia Digital” pada Jumat (9/6/2023).
Target peta jalan Indonesia Digital 2021 sampai 2024 menghasilkan 2,5 juta lapangan kerja tambahan tercipta di atas pertumbuhan desa. 50% usaha mikro kecil dan menengah terdigitalisasi dengan penggunaan internet sebesar 82,3%.
Digital talent scholarship merupakan program pelatihan pengembangan kompetensi yang telah diberikan kepada talenta digital Indonesia sejak tahun 2018 program ini ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing produktivitas, profesionalisme SDM bidang teknologi informasi dan komunikasi bagi angkatan muda Indonesia umum dan aparatur sipil negara di bidang komunikasi dan Informatika.
Dr. Dian Anggraeni Umar, M.Si (Chief Inspiration Officer & Founder Citra Inspira Strategic Consulting) memaparkan manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif titik di mana mempunyai talen human capital, human riset, word force. Killing dan rescillin penting bagi tenaga kerja untuk tetap kompetitif di pasar kerja yang terus berkembang.
Hasil riset dari Harvard university menunjukkan soft skill berkontribusi pada kesuksesan karir individu sebesar 85% sementara hard skill hanya 15% saja.
Dr. Devie Rahmawati, M. Hum (Pegiat Literasi Digital) juga menyampaikan bahwa Pemanfaatan digital bagi milenial sangatlah penting dikarenakan kemampuan bersaing di pasar kerja, kemudian akses informasi, efisiensi dan produktivitas, keterhubungan sosial, inovasi dan kreativitas serta fleksibilitas dan mobilitas.
Pada tahun 2030 diprediksi akan kekurangan pekerja siap kerja di mana Rusia bisa mengalami kekurangan hingga 8 juta orang, Cina bisa menghadapi kekurangan dua kali lebih, Amerika Serikat juga bisa menghadapi defisit lebih dari 6 juta, dan Jepang Indonesia dan Brazil yang masing-masing bisa kekurangan hingga 18 juta pekerja terampil.
Riset menunjukkan bahwa India memiliki surplus lebih dari satu juta pekerja dengan keterampilan digital yang mumpuni pada tahun 2030.
Tantangan perekrutan ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya permintaan rendahnya pasokan profesional terampil yang dibutuhkan dalam industri padat pengetahuan yang didukung teknologi ini.