Mairiswen
( Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat )
Diketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dibendung. Hal ini ditandai dengan perkembangan teknologi semakin maju yang dimulai dari revolusi industri pada abad ke-18 sampai saat ini. Perkembangan revolusi industri dimulai masa revolusi 1.0 pada abad ke-18 di Inggris dengan ditandai penemuan mesin uap. Kemudian awal abad ke-20, yang dikenal dengan revolusi 2.0 yang ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Setelah itu dilanjutkan dengan revolusi 3.0 yang ditandai dengan penemuan mesin yang bisa bergerak seperti robot dan komputer.
Tak lama setelah itu, Klaus Schwab selaku Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF), untuk pertama kalinya memperkenalkan revolusi Industri 4.0. Pada di era ini sangat banyak sekali perkembangan teknologi diantaranya, Robot kecerdasan buatan, Teknologi nano B, Bioteknologi, Teknologi komputer kuantum, Blockchain, Teknologi berbasis internet dan Printer 3D. Revolusi industri 4.0 merupakan era industri yang memungkinkan seluruh entitas di dalamnya untuk saling berkomunikasi kapan saja secara real time dengan memanfaatkan teknologi internet. Kemudahan ini mendorong tercapainya kreasi nilai baru.
Pada awal abad 21 muncullah Masyarakat 5.0 (Society 5.0) atau Masyarakat Super Pintar (Super Smart Society), sebuah konsep yang dihadirkan oleh Federasi Bisnis Jepang Tahun 2019. Masyarakat 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan dunia masyarakat dan ruang fisik. Integrasi tersebut dilakukan untuk membuat semua hal menjadi lebih mudah. Keseimbangan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan memanfaatkan sistem yang sangat mengintegrasikan kedua hal tersebut membuat semua hal menjadi mudah, terutama memperluas prospek kerja.
Tidak dapat dibantahkan lagi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut terus berinovasi dan berkembang yang kesemuanya itu bertujuan untuk mempermudah dan mensejahterakan manusia. Namun disisi lain perkembangan teknologi dan industri juga bisa menimbulkan dampak negatif bagi orang-orang yang tidak mampu menghadapinya. Mereka akan semakin tertinggal sehingga jurang kesenjangan sosial semakin terbuka lebar di tengah-tengah masyarakat.
Untuk itu bagaimana kehadiran pendidikan islam diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi persoalan tersebut, sehingga nilai-nilai islam dapat terus eksis dalam diri generasi muda terutama para pelajar muslim dan tidak tergradasi oleh kemajuan teknologi?
Pada abad ke-21 ini dimana informasi digital dapat diakses dimana pun dan kapan pun oleh manusia, terutama oleh generasi muda dan pelajar sebagai tonggak estafet bangsa dimasa yang akan datang. Pada saat ini muncul beberapa kekhawatiran dalam masyarakat tentang dekadensi moral yang terjadi dikalangan generasi muda terutama para pelajar, seperti tawuran siswa, bulying kekerasan. Kemudian mulai adanya rasa saling menghormati antara guru dan murid sudah mulai pudar. Harusnya mereka harus menjadikan adab sebagai pakaian karena adab berada di atas ilmu. Dekadensi moral tersebut sangat banyak contoh kasus yang ditemui baik ditengah-tengah masyarakat maupun dunia pendidikan.
Untuk itu penulis mencoba melihat dari sudut pandang Pendidikan Islam dalam menyikapi perkembangan zaman di era socity 5.0 yang semuanya berbasis internet dan big data sebagai sumber utama data di dunia maya. Dengan perkembangan teknologi tersebut, kita berharap nilai-nilai islam tidak tergradasi, tetapi tetap berdiri kokoh menjadi menjadi suatu pilar contoh bagi manusia lain. Nilai-nilai islam itu terbawa ke dalam pola kehidupan individu seorang muslim,sehingga menjadikan dirinya Insan Kamil yang di cita-citakan setiap muslim.
Mengkaji tentang pendidikan, terutama pendidikan Islam yang sarat dengan nilai-nilai religius yakni Tauhid, Akhlaq, Fiqih danTarikh. Pakar pendidikan islam seperti imam Al Gazali mengatakan bahwa pendidikan islam itu bertujuan mendekatkan diri kepada Allah melalui Ilmu dan Amal. Sedangkan Zakiah Drajat menyebutkan bahwa pendidikan Islam itu upaya sadar menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan, mencakup pembentukan akhlak, pengembangan potensi, dan peningkatan iman.
Dari kedua pakar pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan islam itu ialah individu yang mampu menjadi Insan Kamil yakni manusia sempurna yang memiliki kecerdasan IQ, ISQ dan IE. IQ (Intelligence Quotient) adalah soal-soal logika dan pemecahan masalah, EQ (Emotional Intelligence) adalah tentang bagaimana kita memahami dan mengelola emosi kita serta berhubungan dengan orang lain, dan SQ (Spiritual Intelligence) adalah tentang makna dan nilai-nilai dalam hidup kita.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut pada kondisi socity 5.0 ini setidaknya ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dan solusinya bagi generasi muda terutama para pelajar muslim. Pertama, Erosi Moralitas dan Nilai Agama yaitu akses informasi yang tidak terbatas dan paparan media digital yang masif berpotensi merusak moralitas dan karakter peserta didik. Tantangan terbesar adalah bagaimana menginternalisasi nilai-nilai agama menjadi sebuah “makna dan nilai” yang terimplementasi dalam perilaku sehari-hari (Afektif dan Psikomotorik), bukan sekadar pengetahuan kognitif. Kedua, Ancaman Radikalisme Digital yakni propaganda ideologi ekstrem dan radikalisme semakin massif disebarkan melalui media sosial dan platform daring. Pendidikan Islam harus berperan aktif sebagai benteng dengan menyebarkan narasi Islam Rahmatan Lil ‘Alamin (moderat, damai, dan toleran) di ruang digital.
Untuk menjawab kedua tantangan di atas maka para generasi muda terutama pelajar harus mamiliki kompetensi, sebagai berikut. Pertama, memahami hakekat sebagai manusia dari mana berasal, sedang dimana dan akan kemana. Jawabanya kita berasal dari Allah SWT, sedang berada di bumi nya Allah SWT dan akan kembali kepada Nya. Artinya kita akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di atas dunia, dengan cara berpegang teguh terhadap Al-Quran dan hadist Rasululllah SWT. Artinya dalam menjalani kehidupan didunia ukuran utama kita adalah Al-Quran dan Hadist serta Ijtihad para Ulama.
Kedua, kemampuan untuk bisa berfikir secara kritis yang harus selalu dikenalkan dan dibiasakan adalah cara berpikir untuk beradaptasi di masa depan, yaitu analitis, kritis, dan kreatif. Cara berpikir itulah yang disebut cara berpikir tingkat tinggi (HOTS: Higher Order Thinking Skills). Berpikir HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, tapi berpikir secara kompleks, berjenjang,dan sistematis. Sehingga kita tidak mudah terjebak oleh opini,situs dan pendapat-pendapat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Ketiga, Super Smart Society 5.0 adalah masyarakat yang memiliki kreatifitas yang tinggi,untuk itu sebagai seorang muslim harus mampu mempunyai kreatifitas dalam memcahkan masalah atau menemukan sustu cara yang baru yang di landaskan kepada nilai-nilai Al-quran dan Hadist.
Menyadari bahwa tidak semua sendi kehidupan dapat di gantikan oleh kemajuan teknologi , seperti AI (Artificial Intelligence), IoT (Internet of Things), dan Big Data, maka diperlukan dua kemampuan yakni Pertama, Perspektif dalam menilai sesuatu ,dalam menilai sesuatu orang memiliki sudut pandang yang berbeda dan akan mempengaruhi pandangan yang akan di hasilkan. Dalam memahami kompleksitas kehidupan msociety 5.0 sangat diperlukan sekali sudut pandang yang mengarahkan kepada nilai-nilai agama,karna kemampuan akal manusia itu sangat terbatas apalagi kemampuan mesin yang dikendalikan manusia, untuk itu segala sesuatu urusan itu Al-Quran telah mengajarkan kepada kita jika kamu berbeda pendapat maka kembalikan lah kepada Al-Quran Dan Hadist. Sebagaimana yang terdapat dalam QS. An-Nisa’ ayat 59, yang menyatakan bahwa jika ada perselisihan, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) jika Anda beriman kepada Allah dan hari akhir..
Kedua, Trust atau kepercayaan keyakinan yakni nilai tertinggi yang harus dimiliki oleh seorang muslim, karena dengan keyakinan nya itulah dia akan bisa mencapai tujuan pendidikan islam itu sendiri.Keyakinan yang saya maksudkan disini adalah keyakinan beragama atau tauhid. Sebagaimana yang terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 19: “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.”Selanjutnya Surat Al Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku, dan Aku telah ridha Islam sebagai agamamu.” Serta Surat Ali Imran ayat 85: “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”***


