Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Inilah sosok manusia agung. Namanya Martsad. Ia mencintai seorang wanita bernama Inaq. Saking cintanya, nafsunya begitu meluap-luap sehingga „zina‟ akan dipilihnya demi meluapkan cintanya.
Akankah niatnya itu ia realisasikan?
Mari simak dengan seksama kisahnya…!
Suatu hari Martsad membawa sekelompok tawanan dari Mekkah menuju Madinah. Sementara itu di Mekkah ada seorang perempuan pelacur bernama Inaq. Ia kekasih Martsad. Suatu ketika Martsad berjanji kepada seorang dari tawanan Mekkah bahwa ia akan membawanya.
Malam itu begitu terang diselimuti cahaya rembulan. Martsad tiba di sebuah naungan benteng kota Mekkah. Tiba-tiba Inaq pun datang. Ia melihat bayangan hitam di sisi benteng. Inaq penasaran. Ia pun mendekati bayangan. Semakin dekat semakin jelas. Bayangan itu tidak lain adalah bayangan kekasihnya, Martsad.
“Martsad!”
“Iya, aku Martsad.”
“Selamat datang, wahai Martsad kekasihku. Kemarilah malam ini kita tidur bersama. Kita nikmati indahnya malam dengan paduan cinta kita.”
Ajakan itu hampir saja meruntuhkan iman Martsad. Suara itu halus membangkitkan syahwat seorang lelaki. Oh, jujur saja dalam hati Martsad ada segudang cinta. Dalam matanya ada bayangan kenikmatan. Namun, akankah kenikmatan itu memenjarakannya kelak di dalam api neraka yang berkobar-kobar? Ah, tidak. Iman Martsad masih tertanam kuat. Ia berkata dengan suara lembut menusuk hati,
“Wahai Inaq, bukannya aku menolak cintamu, namun aku takut akan melanggar hukum Tuhanku. Bukankah zina itu hukumnya „haram‟?”
Gelora cinta Inaq ditolak dan tertolak oleh iman seorang lelaki tangguh, Martsad namanya. Ya, namanya Martsad.
Martsad hanya ingin meresmikan cintanya lewat tali ikatan suci, nikah namannya. Ia pun menuturkan keinginannya kepada
Rasulullah Saw,
“Ya Rasulullah, bolehkah aku menikahi Inaq?”
Rasulullah diam dan tidak menjawab sepatuh katapun. Beliau menunggu wahyu. Wahyu pun datang:
“Laki-laki yang berzini tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau lakilaki musyrik…” (An-Nur: 3).
Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Martsad, Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik…” (An-Nur: 3). Karena itu, janganlah kamu menikahinya!”
Martsad tidak jadi menikah. Inaq pun batal menyalurkan cintanya. Begitu juga Martsad. Martsad lebih memilih cinta-Nya dibandingkan mencintai kemaksiatan. “Kupenjarakan nafsuku demi cinta-Mu.”
Wahai saudaraku, jauhi maksiat. Tolak segala ajakan yang akan membinasakan dan menghancurkan. Penjarakan cinta semu demi meraih cinta sejati. Dan mohonlah kepada Allah, kiranya dia mengampuni orang yang telah mengajakmu kepada dosa dan maksiat. Bukankah malaikat pun memohon ampunan untuknya?
“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabb-nya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan), „Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan yang menyala-nyala.” (Ghafir: 7)
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Energi_Cinta
#Memenjarakan_Nafsu_Demi_Cintanya