Digindonews.com-Upaya menurunkan angka stunting di Indonesia terus menjadi fokus utama pemerintah dan masyarakat. Meski prevalensi stunting telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, angka tersebut masih cukup tinggi dan menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa.
Jum’at, 29 Agustus 2025, Forum Diskusi Publik “Series 2: Pencegahan Stunting” menghadirkan sejumlah tokoh penting, salah satunya Anggota Komisi 1 DPR RI, Rachel Maryam Sayyidina. Ia menegaskan bahwa pencegahan stunting tidak hanya berbicara soal tinggi badan anak, melainkan juga menyangkut perkembangan otak, daya tahan tubuh, hingga kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
Rachel menyampaikan, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting masih berada di 21,6%. Artinya, satu dari lima anak Indonesia mengalami pertumbuhan kronis. Pemerintah menargetkan penurunan hingga 14% di tahun 2024, namun hal itu memerlukan kerja sama kolektif.
Menurutnya, penyebab stunting sangat kompleks. Faktor gizi yang buruk sejak kehamilan, akses air bersih yang terbatas, pola asuh yang kurang tepat, serta rendahnya kesadaran akan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi penyebab utama. “Di era digital, peran literasi informasi sangat penting. Banyak hoaks kesehatan yang menyesatkan masyarakat. Padahal, edukasi yang tepat dapat membantu orang tua memahami gizi seimbang dan pola asuh yang benar,” ujarnya.
Rachel juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Program pemerintah seperti Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), distribusi makanan tambahan, hingga kampanye gizi seimbang hanya akan berhasil bila masyarakat ikut mendukung. Kader posyandu, tenaga kesehatan, hingga keluarga bisa memanfaatkan platform digital untuk belajar, berbagi informasi, dan memantau tumbuh kembang anak.
Namun, tantangan besar masih ada, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Akses internet yang terbatas membuat masyarakat di sana sulit mendapatkan informasi gizi yang benar. Rachel menilai program pembangunan infrastruktur digital seperti Palapa Ring dan BTS USO harus dimanfaatkan untuk mendukung edukasi kesehatan masyarakat.
Ia menutup paparannya dengan ajakan bersama, “Pencegahan stunting adalah investasi jangka panjang. Generasi sehat dan cerdas di tahun 2045 akan lahir jika hari ini kita berkomitmen menyediakan informasi yang benar, literasi digital yang kuat, serta kerja sama lintas sektor.”***


