Post Views: 275
Digindonews.com — Kementerian Kominfo RI gelar webinar bareng legislator kali ini bicara soal Kemiskinan Ekstrem: Potret, Strategi, dan Upaya Penanggulangan, melalui platform digital Zoom meeting, Selasa, 06 Februari 2024.
Adapun pemateri dalam webinar kali ini yaitu; Prof. Dr. Sjarifuddin Hasan, MM., MBA. (Anggota Komisi 1 DPR RI), Sarjono (Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan Informatika); mewakili Bambang Dwi Anggono, S.Sos., M.Eng., Rustanto, ST., MM. (Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia), Hesti Dwi Astuti (Dosen Universitas Suryakencana Cianjur).
Prof. Dr. Sjarifuddin Hasan menyampaikan bahwa kemiskinan ekstrem adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan di Indonesia berada di angka 475 ribu kapita perbulan, atau sekitar 15 ribu perhari. Kemiskinan ektrem diukur dengan menggunakan “Absolute Poverty Measure” yang setara dengan 1,9 US dollar perhari, atau setara dengan 322 ribu perbulan. Sedangkan di data dari Sustainable Developmant Goals , sekitar 830 juta orang di seluruh dunia hidup dalam garis kemiskinan ekstrem tersebut. Dari data ini, kemiskinan ekstrem merupakan tantangan serius yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia.
Pandangan ini bukan hanya dari perspektif ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan kemanusiaan yang melibatkan jutaan penduduk. Di Indonesia, kemiskinan ekstrem sering kali terkait dengan akses terbatas terhadap pendidikan dan kesehatan. Kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan kurangnya infrastruktur di daerah pedesaan menjadi faktor penting yang memperburuk ketidaksetaraan. Strategi penanggulangan kemiskinan ekstrem harus melibatkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Di Indonesia, rata-rata pertumbuhan kemiskinan dari tahun 2015 – 2023 adalah -0,65%.
Upaya penanggulangan kemiskinan ekstrem di Indonesia tidak hanya terfokus pada pemberian bantuan langsung, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi melalui program-program pelatihan dan pendidikan. Meningkatkan keterampilan dan pemahaman masyarakat terhadap potensi lokal dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan dan memberikan landasan yang lebih kokoh untuk keluar dari kemiskinan. Pentingnya inklusivitas dalam pembangunan ekonomi juga menjadi sorotan, memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat menikmati hasil pembangunan ekonomi tanpa terkecuali. Ketidaksetaraan gender juga menjadi aspek penting dalam pembahasan mengenai kemiskinan ekstrem. Perempuan seringkali menjadi kelompok yang rentan dan terpinggirkan dalam akses terhadap sumber daya dan peluang. Mengintegrasikan aspek gender dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih adil dan inklusif.
Selain itu, program-program perlindungan sosial, seperti bantuan tunai langsung atau bantuan pangan, perlu diperkuat untuk memberikan jaminan keamanan ekonomi kepada kelompok rentan. Dalam konteks globalisasi, perdagangan yang adil dan berkelanjutan juga menjadi elemen kunci dalam penanggulangan kemiskinan ekstrem. Mendorong partisipasi aktif Indonesia dalam pasar global sambil memastikan bahwa keuntungan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang adalah langkah penting. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk beradaptasi dengan perubahan ekonomi global dapat membantu menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan mengurangi ketidaksetaraan. ***