Digindonews.com, Lampung — Jum’at, 14 November 2025. Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Sejarah dan Permuseuman menegaskan pentingnya percepatan digitalisasi sejarah sebagai strategi menghadapi tantangan hoaks dan misinformasi di ruang digital. Hal itu disampaikan Tirmizi, S.S, Kepala Subbagian Tata Usaha Direktorat Sejarah dan Permuseuman, dalam Seminar Literasi Sejarah Indonesia di Lampung.
Tirmizi menyoroti penurunan minat generasi muda terhadap sejarah, serta kesenjangan antara pengetahuan buku teks dengan pengalaman langsung mempelajari situs dan artefak sejarah. Dalam survei literasi 2023, lebih dari 60% siswa SMA Lampung belum pernah mengunjungi situs sejarah lokal seperti Candi Pugung Raharjo atau Museum Lampung.
Menurutnya, langkah digitalisasi sejarah bukan sekadar proses pemindahan data ke format digital, tetapi upaya membuka akses pengetahuan sejarah secara luas dan merata. Namun ia mengakui masih banyak daerah, termasuk Lampung, yang menghadapi kendala infrastruktur digital dan keterbatasan SDM dalam pengelolaan arsip digital.
Tirmizi juga menyoroti maraknya hoaks sejarah. “Lebih dari 1.200 konten hoaks bertema sejarah beredar dalam dua tahun terakhir menurut Kominfo. Ini ancaman serius bagi pemahaman publik,” jelasnya.
Ia mendorong kolaborasi lebih kuat antara pemerintah daerah, komunitas sejarah, museum, sekolah, dan kreator digital. Penyajian sejarah melalui video pendek, infografik, peta interaktif, hingga tur virtual disebut mampu meningkatkan minat generasi muda mempelajari sejarah.
“Ketika arsip sejarah dapat diakses dari ponsel, sejarah menjadi milik semua orang, bukan hanya akademisi. Inilah pondasi penting untuk memperkuat karakter bangsa,” ujar Tirmizi dalam pernyataan penutupnya.***


