Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Dinamisasi kehidupan ini adalah karena dinamisasi cinta. Ya, inilah adalah nyata dalam hidup kita. Anda sebagai kepala rumah tangga, banting tulang mencari penghasilan adalah karena cinta. Karena cinta Anda kepada keluarga Anda ingin memberi penghidupan yang layak. Atau, cinta kita pada harta karena kita ingin menjadi orang kaya. Atau cinta kita pada jabatan atau kekuasaan yang kita peroleh ketika kita bekerja. Namun semua ini tidaklah muncul dengan sendirinya, melainkan dari adanya proses. Kecintaan yang besar terhadap harta dan kekayaan bisa muncul karena sebuah interaksi dengan harta itu sendiri. Dari harta yang sedikit kita berangan bila mendapat lebih banyak lagi pasti lebih menyenangkan, lalu berusaha, lalu mendapat lebih banyak, lalu berangan, lalu berusaha dan seterusnya hingga kita mencintainya amat sangat.
Imam Ahmad berkata, ”Kami diberitahu Hajaj bin Muhammad At-Tirmidzi, kami diberitahu Syarik, dari Abu Sinan, dari Abdullah bin Abu Al-Hudzali, dari ‟Ammar bin Yasir bahwa rekan-rekannya sedang menungguinya. Ketika ‟Ammar keluar mereka berkata, ”Apa yang membuatmu terlambat menemui kami, wahai ‟Ammar?”
‟Ammar bin Yasir menjawab, ”Akan kuberitahukan kepada kalian bahwa seorang saudara kalian dari orang-orang terdahulu yaitu Musa a.s. pernah bersabda, ”Wahai Rabbku, beritahukanlah kepadaku siapakah orang yang paling Engkau cintai?”
Allah SWT bertanya, ”Untuk apa?”
”Agar aku bisa mencintainya seperti cinta-Mu padanya,” jawab Musa.
Allah SWT berfirman, ”Yaitu hamba yang berada di ujung dunia atau di pinggir dunia lalu ada hamba lain di ujung dunia atau di pinggir dunia lain yang tidak melihatnya namun mendengarnya. Jika hamba yang pertama ditimpa musibah maka seakan-akan musibah itu juga menimpa dirinya dan jika hamba yang pertama tertusuk duri seakan-akan duri itu juga menusuknya. Dia tidak mencintainya melainkan karena Aku. Itulah makhluk yang paling Kucintai.”
Subhanallah! Sanggupkah kita merasakan derita dan perjuangan saudara kita di Palestina, yang tengah memperjuangan akidah, mempertahankan harga diri mereka melawan kebiadaban zionis? Sanggupkah kita merasakan beratnya derita kepalaran yang dialami saudara kita di belahan bumi yang lain, sementara kita hidup berlimpah makanan? Kita akan sanggup membangun empati di jiwa berbekal iman di hati. Lalu adakah iman itu muncul dengan sendirinya? Iman bukan warisan dari ayah yang bertakwa, kata syair nasyid Raihan. Namun iman dikukuhkan di hati seperti Nabi Ibrahim a.s. yang menemukan Rabbnya melalui pengamatannya dan perenungannya pada kejadian alam. Seperti Rasulullah Saw. yang berjuang mencari kebenaran melalui pengasingannya di Gua Hira‟.
Demikianlah cinta kita terhadap orang yang kita cintai. Tidak ada yang mengharuskan kita untuk mencintainya. Namun, diri kitalah yang menentukan bahwa kita harus mencintainya. Dengan demikian kita pun akan berusaha dan berusaha membangun nuansa cinta antara kita dan yang kita cintai. Kitalah yang berhak mengukuhkan cinta di hati kita. Tidak perlu kita menuntutnya untuk mencintai kita. Cintailah ia, berempatilah padanya, berkorbanlah untuknya niscaya ia akan mencintai kita. Seperti ketika Allah mewahyukan kepada Daud a.s. dengan berfirman, ”Wahai Daud, cintailah Aku dan buatlah hamba-hamba-Ku mencintai-Ku serta buatlah Aku mencintai hamba-hamba-Ku.”
Daud berkata, ”Wahai Rabbku, aku memang mencintai-Mu dan bisa membuat hamba-hamba-Mu mencintai-Mu. Tapi bagaimana mungkin aku membuat-Mu mencintai hamba-hamba-Mu.”
Allah berfirman, ”Sebutlah asma-Ku di tengah-tengah mereka karena mereka tidak mengingat-Ku kecuali yang baik-baik.” Ya, suburkanlah kecintaan kita kepada yang kita cintai. Mohonlah kepada Allah Yang Maha Memiliki cinta agar menjaga cinta kita.
”Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati kami ini telah berkumpul untuk mencurahkan cinta kepadaMu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (di jalan-Mu), dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma‟rifah-Mu dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Energi_Cinta
#Dinamisasi_Cinta