Digindonews.com, Sibolga — Semangat perjuangan mahasiswa di Sibolga-Tapanuli Tengah untuk mendorong relokasi Depot BBM Pertamina kian tak terbendung. Di garda terdepan, sosok Irsan Palupi Sihaloho, Koordinator Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sibolga-Tapteng, berdiri tegas membawa suara keresahan masyarakat.
Bagi Irsan, isu ini bukan lagi soal suka atau tidak suka, tapi soal logika, keselamatan, dan hak rakyat atas ruang hidup yang layak.
“Depot BBM itu berdiri hanya belasan meter dari rumah warga, dari sekolah, dari rumah ibadah. Kalau ini dibiarkan, sama saja kita menunggu tragedi datang,” tegas Irsan saat ditemui usai aksi penyerahan surat resmi permintaan relokasi ke PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sibolga, Rabu (2/7/2025).
Sebagai perwakilan mahasiswa, Irsan mengaku geram melihat lambannya respon dari pihak Pertamina terhadap desakan relokasi. Padahal, kata dia, sejak tahun 2017, 2021 dan 2025 Pemerintah Kota Sibolga sudah tiga kali melayangkan surat resmi meminta Depot dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
“Sudah ada kajian, sudah ada surat resmi, bahkan sudah ada komunikasi dengan pihak Pertamina soal lahan di Tapanuli Tengah. Tapi sampai sekarang, realisasinya nol besar,” ujarnya.
Irsan menegaskan, mahasiswa tidak akan diam. Mereka siap mengawal isu ini hingga tuntas, baik melalui aksi turun ke lapangan, advokasi kebijakan, hingga membuka ruang diskusi dengan pemerintah dan Pertamina.
“Kami mahasiswa adalah mitra kritis. Kalau pemerintah dan perusahaan abai, kami yang akan bersuara. Kalau perlu, kami akan terus turun ke jalan, bawa data, bawa bukti, bawa keresahan rakyat,” katanya.
Irsan juga menekankan bahwa perjuangan ini bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu, melainkan untuk keselamatan seluruh masyarakat Sibolga dan sekitarnya.
“Kita tidak bicara siapa pemilik Depot, siapa pejabatnya. Kita bicara soal nyawa warga. Kalau terjadi ledakan atau kebakaran seperti di Plumpang, semua akan menyesal, tapi sudah terlambat,” ungkapnya.
Lebih jauh, Irsan melihat, lambannya relokasi ini menunjukkan masih rendahnya komitmen perusahaan terhadap aspek keselamatan publik dan tata ruang kota yang ideal.
“Kalau hanya alasan keterbatasan lahan, itu alasan klasik. Kabupaten Tapanuli Tengah luas, banyak lahan kosong. Jangan jadikan alasan teknis untuk mengorbankan keselamatan rakyat,” tegasnya.
Sebagai penutup, Irsan menyerukan kepada seluruh mahasiswa, pemuda, dan masyarakat untuk tetap solid dan konsisten mengawal isu ini. Baginya, ini adalah perjuangan panjang, tapi harus dijalani demi masa depan yang lebih aman.
“Kami mahasiswa tidak takut, kami tidak akan diam. Relokasi Depot adalah harga mati. Ini soal masa depan Sibolga, masa depan kita semua,” pungkas Irsan.***