Digindonews.com, Jakarta, 12 Desember 2025 — Pegiat Literasi Digital Tomy Ishak, S.Pd., M.Si. mengingatkan bahwa ancaman digital yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) semakin meningkat dan semakin sulit dikenali. Hal ini disampaikannya dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator bertema “Keamanan Siber di Era AI: Tantangan Baru dan Upaya Pencegahannya.”
Tomy menjelaskan bahwa data BSSN menunjukkan lebih dari 370 juta anomali serangan siber terjadi sepanjang 2023, sebagian besar melibatkan otomatisasi AI, mulai dari phishing canggih hingga manipulasi konten digital. “Kalau dulu email penipuan bahasanya berantakan, sekarang sudah rapi dan mirip gaya bicara atasan kita,” ungkapnya.
Salah satu ancaman terbesar adalah deepfake, baik suara maupun video, yang mulai digunakan dalam kasus penipuan dan social engineering. Secara global, lebih dari 25% perusahaan besar pernah menjadi target serangan menggunakan teknologi ini.
Di sisi lain, Tomy menyebut bahwa AI juga dapat menjadi alat pertahanan kuat, seperti pendeteksi serangan real-time, analisis log otomatis, hingga identifikasi konten palsu. Namun ia menegaskan bahwa kelemahan terbesar tetap ada pada pengguna.
Menurut survei, lebih dari 60% insiden keamanan disebabkan kelalaian manusia—misalnya penggunaan satu kata sandi untuk semua akun atau mengabaikan peringatan login mencurigakan. “Satu klik yang salah bisa memicu kerugian besar,” tegasnya.
Tomy menekankan pentingnya langkah sederhana namun vital, seperti penggunaan password unik, aktivasi two-factor authentication, serta meningkatkan kemampuan membedakan informasi asli dan palsu. Ia juga mengingatkan bahwa anak-anak dan remaja kini menjadi target baru penipuan digital.
“Keamanan siber bukan hanya urusan komputer, tapi tentang kebiasaan kita sebagai pengguna,” ujarnya. Tomy mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, akademisi, dan masyarakat dalam memperkuat ekosistem digital Indonesia.
Menutup pemaparannya, Tomy menyampaikan optimisme bahwa Indonesia dapat menghadapi ancaman siber di era AI apabila literasi digital diperkuat dan teknologi dimanfaatkan secara bertanggung jawab. “Tantangan besar bukan berarti tidak bisa diatasi. Keamanan digital adalah tugas kita bersama,” tutupnya.***


