Digindonews.com – Kegiatan sosialisasi BKKBN bekerja sama dengan Komisi IX DPR RI yang digelar di Sukadami, Kabupaten Bekasi, pada 13 September 2025 juga menghadirkan pemaparan penting dari pejabat BKKBN Jawa Barat dan Dinas P2KB Kabupaten Bekasi.
Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Kukuh Dwi Setiawan, S.Sos., M.Si, menyoroti tantangan kesehatan di tengah pesatnya pertumbuhan industri di Bekasi. Menurutnya, pencemaran lingkungan, kualitas udara yang menurun, serta kebiasaan masyarakat yang lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji menjadi faktor risiko yang memengaruhi kesehatan, khususnya anak-anak.
“Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi stunting di Jawa Barat masih tinggi, sekitar 31%. Meskipun menurun, tantangan gizi buruk dan pola makan instan masih besar, terutama di perkotaan seperti Bekasi,” kata Kukuh. Ia mengajak masyarakat lebih bijak memilih makanan sehat, menjaga kualitas air, dan memanfaatkan teknologi untuk edukasi gizi dan parenting.
Sementara itu, Sekretaris Dinas P2KB Kabupaten Bekasi, Juniardiana Rosatijawan, S.T., M.M, menekankan pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak. Menurutnya, masih banyak ayah di Bekasi yang menyerahkan pengasuhan sepenuhnya kepada ibu, padahal keterlibatan ayah terbukti meningkatkan perkembangan sosial-emosional anak.
“Anak-anak yang mendapatkan perhatian dari ayah tumbuh lebih percaya diri, stabil secara emosional, dan memiliki daya juang lebih tinggi. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Bekasi mendorong program Gerakan Ayah Terlibat (GATI) agar ayah ikut aktif mengasuh anak, terutama di 1.000 Hari Pertama Kehidupan,” jelas Juniardiana.
Ia menambahkan, keterlibatan ayah bukan sekadar soal ekonomi, melainkan menjadi role model, pemberi kasih sayang, dan pendidik emosional. Dengan begitu, generasi Bekasi bisa tumbuh sehat, cerdas, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.***