Digindonews.com-Transformasi digital kini menjadi agenda penting bagi koperasi di Indonesia. Hal tersebut mengemuka dalam Forum Diskusi Publik “Transformasi Digital Koperasi Merah Putih: Inovasi Ekonomi Indonesia Emas” yang berlangsung pada Jumat, 12 September 2025.
Anggota Komisi 1 DPR RI, Elnino M. Husein Mohi, menegaskan bahwa koperasi yang sejak lama dikenal sebagai sokoguru ekonomi rakyat, tidak bisa lagi hanya mengandalkan pola konvensional. Menurutnya, adaptasi teknologi digital adalah sebuah keharusan agar koperasi tetap relevan di tengah ekosistem ekonomi yang semakin terbuka.
Elnino mengungkapkan bahwa dari lebih 127 ribu koperasi yang ada di Indonesia, hanya sekitar 20 persen yang benar-benar aktif dan sehat. Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya adopsi teknologi. Banyak koperasi masih mengelola data anggota dan laporan keuangan secara manual, sehingga transparansi rendah dan pengambilan keputusan lambat.
“Dengan sistem digital, koperasi bisa membangun aplikasi keanggotaan, transaksi daring, hingga laporan keuangan real-time. Transparansi adalah kunci, sebab kepercayaan anggota lahir dari keterbukaan data,” jelasnya.
Ia juga menyoroti momentum bonus demografi dan penetrasi internet yang sudah mencapai 77 persen. Menurutnya, peluang besar ini harus dimanfaatkan koperasi dengan meningkatkan literasi digital anggotanya. “Tanpa literasi, koperasi hanya akan jadi penonton dari perubahan besar yang sedang terjadi,” tambahnya.
Selain itu, Elnino menegaskan pentingnya peran DPR RI dalam mendukung kebijakan infrastruktur digital agar merata di seluruh daerah. Sebab, transformasi koperasi mustahil terwujud jika masih ada desa yang tidak terjangkau sinyal internet. Regulasi terkait perlindungan data pribadi juga perlu ditegakkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat.
Dalam konteks Indonesia Emas 2045, koperasi digital dipandang mampu menjadi lokomotif ekonomi inklusif. Melalui inovasi, koperasi bisa memperkuat sektor pertanian, perikanan, hingga UMKM. Misalnya, koperasi pertanian berbasis aplikasi yang langsung menghubungkan petani dengan pasar, atau koperasi simpan pinjam yang menyediakan layanan keuangan transparan dan bebas dari praktik rentenir.
Namun, Elnino juga mengingatkan adanya tantangan sumber daya manusia. Banyak pengurus koperasi yang belum siap dalam keterampilan digital maupun manajemen modern. Karena itu, ia menekankan perlunya pelatihan, insentif, serta kolaborasi dengan startup agar koperasi mampu naik kelas.
“Transformasi digital koperasi bukan pilihan, melainkan keharusan. Jika semua elemen bergerak bersama—pemerintah, DPR, akademisi, dan masyarakat—saya yakin koperasi Merah Putih akan menjadi garda terdepan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tutupnya.***