Digindonews.com-Tantangan dunia digital bagi anak-anak Indonesia semakin kompleks. Dari kecanduan gawai, paparan konten berbahaya, hingga ancaman terhadap keamanan data pribadi, semuanya menjadi sorotan dalam forum diskusi publik “Cerdas Bermedia, Aman di Dunia Digital; Ruang Sehat untuk Anak Indonesia”.
Kamis, 04 September 2025 menjadi ajang refleksi dan ajakan kolaborasi berbagai pihak untuk memperkuat literasi digital generasi muda.
Dalam paparannya, Ronald S. Bidjuni menekankan bahwa interaksi anak dengan teknologi sudah terjadi sejak usia sangat dini. Berdasarkan data BPS, hampir 40 persen anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan telepon seluler. Bahkan, ada yang sudah diperkenalkan dengan gawai sejak di bawah usia satu tahun.
“Kondisi ini jelas menjadi perhatian serius. Gadget memang membawa manfaat edukasi, tapi penggunaan berlebihan bisa menimbulkan masalah kesehatan fisik seperti gangguan penglihatan, postur tubuh, hingga masalah tidur. Dari sisi psikologis, anak bisa mengalami kesulitan bersosialisasi karena lebih banyak berinteraksi dengan layar,” ujar Ronald.
Ia juga mengingatkan bahwa literasi digital harus ditanamkan sesuai usia. Anak usia dini bisa diarahkan pada aplikasi edukatif, anak sekolah dasar mulai diajarkan cara memilah informasi, sementara remaja perlu dibekali kemampuan menciptakan konten bermanfaat. “Jika dibimbing dengan benar, anak-anak bisa menjadi kreator positif, bukan hanya penonton pasif,” tambahnya.
Selain itu, forum ini menekankan pentingnya etika digital. Anak-anak perlu memahami bahwa aktivitas di dunia maya memiliki konsekuensi nyata. Menghina orang lain, menyebarkan berita palsu, atau membagikan data pribadi tanpa izin bukanlah hal sepele. Hal tersebut bisa berdampak buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kolaborasi menjadi kata kunci. Orang tua diharapkan tidak sekadar menjadi pengawas, tetapi juga pendamping aktif. Sekolah diminta memperkuat kurikulum literasi digital, sementara pemerintah dan platform digital wajib memastikan adanya regulasi, fitur keamanan, dan filter konten yang efektif.
Konsep safe content, safe access, dan safe community juga diperkenalkan sebagai strategi mewujudkan ruang digital sehat. Anak hanya boleh mengakses konten ramah anak, penggunaan gawai perlu dibatasi, dan mereka sebaiknya diarahkan bergabung ke komunitas daring yang positif.
Para narasumber sepakat, membangun ruang digital yang sehat tidak bisa dilakukan secara instan. Dibutuhkan kerja sama jangka panjang dari semua pihak. “Jika anak-anak kita dibekali literasi digital sejak dini, mereka tidak hanya terlindungi dari risiko, tetapi juga berpeluang besar tumbuh sebagai generasi kreatif, produktif, dan cerdas bermedia,” demikian salah satu kesimpulan forum tersebut.***