Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Suatu hari, aku pergi mengendarai sebuah mobil menuju Mekkah. Di tengah perjalanan, aku dikejutkan oleh sebuah suara kecelakaan mobil. Dari suaranya, aku menduga korbannya pasti sangat parah. Dan aku adalah orang yang pertama tiba di lokasi kejadian. Aku mem-berhentikan mobilku, dan bergegas menuju tempat kejadian. Aku mencoba untuk menolong penumpang yang ada di dalam mobil.
Aku langkahkan kakiku dengan hati-hati. Aku melihat ke dalam mobil dengan dada berdegup kencang, dan tangaku gemetar. Dan hatiku merasa miris manakala menyaksikan mobil di depanku telah ringsek tak berbentuk. Aku bahkan hendak menangis.
Namun, di luar dugaan. Ketika aku memandang ke dalam mobil dengan cermat, sebuah pemandangan yang menakjubkan terlihat olehku. Ya, sopir mobil itu telah meninggal. Namun, kepalanya menempel di kemudi mobil dengan tenang dan jari telunjuknya menunjukkan seperti orang yang sedang shalat. Wajahnya tampak bersinar dan kontras dengan jenggotnya yang lebat.
Dan belum sempat rasa takjubku hilang, pandanganku kembali dibuat tertegun oleh sebuah pemandangan lain yang menakjubkan. Tampak olehku seorang anak perempuan kecil yang sepertinya tengah tertidur pulas di punggung si sopir seraya menggelayutkan tangannya ke leher si sopir. Aku memeriksa nafasnya, ternyata ia pun telah tiada.
Belum pernah aku melihat mayat seperti ini. Damai dan tenang. Dari rupanya terpancar cahaya istiqamah semasa hidupnya. Jari telunjuknya yang menunjuk mengisyaratkan bahwa ia mengesakan Allah. Manis senyumnya mengiringi ruhnya yang berpisah dengan dunia.
Tak lama kemudian, mobil-mobil lain yang melintas mulai berhenti di sekitar lokasi kejadian. Setelah itu, baru suasana mulai gaduh dan ribut. Semua ini berlangsung dalam tempo yang cepat, sampai aku lupa memerika penumpang lain yang tersisa. Aku menangis pilu. Aku tidak memperhatikan orang di sekelilingku. Padahal, orang-orang yang di sekitar mengira aku adalah kerabat di mayit. Tiba-tiba ada orang yang berujar, “Ada wanita dan anak di kursi belakang.” Sontak, aku pun terperanjat dan menoleh ke belakang. Ternyata di sana ada wanita yang sedang mengumpulkan bajunya, dan merapikan kudung kepalanya. Ia duduk dengan tenang melihat ke arah kami. Di pelukannya ada dua anak kecil yang selamat. Keduanya hanya mengalami luka ringan dan sedikit terguncang. Wanita itu berzikir kepada Allah demi menenangkan rasa takutnya. Aku merasa keteguhannya laksana gunung yang tinggi. Ia berusaha turun dari mobil dengan kesabaran yang menakjubkan. Tanpa diiringi tangisan dan ratapan pilu. Kami semua mengeluarkannya dari mobil. Orang yang melihatku dengannya pasti me-ngira bahwa aku adalah shahibul musibah, kecuali si wanita itu sendiri.
Tangisku semakin keras. Orang-orang pun menatapku. Sehingga wanita yang mulia pergi meninggalkan mobil itu menoleh ke arahku dan berkata dengan suara terbata, ”Saudaraku, jangan kau tangisi dia. Dia adalah lelaki saleh, saleh…” Hingga mulutnya terdiam, tak mampu lagi berkata.
Ia turun memeluk kedua putranya. Merapikan kudung dan mantelnya. Ketika melihat suasana gaduh dipenuhi orang-orang, ia dan putranya lekas menjauh. Kemudian ada lelaki yang membawa putranya ke rumah sakit. Wanita itu melihat ke arah kami dari kejauhan. Wanita itu berupaya membuat kedua putranya memalingkan pandangannya dari ayah dan kakak mereka. Aku pun menuju wanita itu lalu menawarkannya untuk mengantar mereka pulang ke rumahnya dengan mobilku. Wanita itu menolak dengan sangat malu dan tenang, ”Tidak. Demi Allah, aku hanya akan naik mobil yang di dalamnya juga ada wanita.”
Orang-orang mulai pergi meninggalkan lokasi kejadian. Masing-masing meneruskan perjalanannya. Yang tersisa hanya aku yang masih mengamati dari kejauhan. Aku merasa bertanggung jawab atas mereka. Waktu pun berjalan lama. Kami menunggu kondisi yang kritis itu. Keteguhan hati wanita itu laksana gunung.
Dua jam penuh waktu berlalu. Akhirnya, me-lintaslah sebuah mobil yang dikendarai lelaki beserta keluarganya. Kami pun menghentikannya, kemudian menceritakan perihal wanita itu, lalu memintanya untuk mengantar sampai ke rumahnya. Lelaki itu pun bersedia.
Aku menuju kedua putranya dan menaikkanya ke dalam kendaraan. Aku merasa wanita itu berjalankan seperti gunung yang berjalan di atas bumi. Aku pun kembali ke mobilku. Dengan perasaan kagum atas keteguhan hatinya yang besar, aku bergumam dalam hati, ”Lihat, bagaimana Allah menjaga keluarga lelaki saleh sepeninggalnya.”
Aku pun teringat firman Allah, ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian me-reka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushshilat: 30-31).
Alangkah indahnya Al-Quran! Alangkah manisnya jika keteguhanku menyamai keteguhan si wanita itu. Dia memang wanita, tapi keteguhannya luar biasa. Subhanallah!
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#One_Hour_Awardness
#Ia_Bersumpah_Tidak_Akan_Tertawa_Lagi