Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
“Berterimakasihlah kepada Tuhan untuk kehidupan dan mintalah bimbingan-Nya dalam penggunaan talenta-talenta Anda dan untuk menjadi apa Anda jadinya, menurut kehendak-Nya.” (C. Clement Stone)
Di bagian awal kita sudah dikenalkan dengan menggantungkan semua keberhasilan bisnis hanyalah kepada Allah–tentunya setelah berusaha semaksimal mungkin. Dan di bagian ini, yang merupakan bagian akhir dari pembahasan kita, kami akan mengetengahkan jurus untuk mempertahankan dan melanggengkan bisnis Anda. Yaitu, akhirilah dengan memuji Tuhan.
Memuji Tuhan (baca: hamdalah), merupakan sikap terpuji bagi seorang pebisnis. Memuji Tuhan berarti “mensyukuri” atas keberhasilan bisnis yang telah dijalankan. Bahkan, dalam konteks yang lebih luas, bersyukur bukan hanya mensyukuri kelebihan, tapi juga mensyukuri “kemerosotan”. Jika bisnis sedang diambang kebangkrutan, maka segeralah bersyukur dengan mengeluarkan “sedekah” kepada orang yang membutuhkan, sesuai dengan kadar kemampuan.
Charity
Salah satu hobi saya selain menulis adalah berbicara. Oleh karena itu, jika ada permintaan ceramah atau kajian, saya sempatkan. Saya niatkan untuk berbagi ilmu agama yang telah saya pelajari. Walaupun demikian, saya tidak suka disebut ustadz.
Disengaja atau pun tidak disengaja, saya belajar banyak dari Puspo Wardoyo, pendiri Wong Solo, yang sekali waktu dinobatkan sebagai waralaba terbaik di Indonesia. Terlepas dari segala kekurangannya, kini restoran Wong Solo sudah berjumlah 40-an outlet, bahkan segera merambah negeri jiran, Malaysia dan Singapura.
Uniknya, selain pengusaha, ia dikenal sebagai ikon poligami di Indonesia. Istrinya empat. Bahkan seorang pengusaha setengah bergurau mengatakan, Puspo itu singkatan dari Pusat Poligami! Ah, ada-ada saja. Tetapi, kali ini saya akan berbagi rahasia kesuksesan Puspo dalam berbisnis, bukan dalam berpoligami tentunya.
Cerita punya cerita, salah satu kunci keberhasilan bisnis Puspo ternyata terletak kesediannya untuk berderma (charity). Ia mengaku, 30 % dari laba. Dahsyat! Saya pikir, dibutuhkan keberanian, keyakinan dan kepekaan nurani yang luar biasa untuk menyisihkan pendapatan sedemikian besar. Sekadar catatan, agama menganjurkan dan mengajarkan 2.5 % hingga 10 % (charity merupakan bentuk dari syukur atas keberhasilan bisnis atau harta yang dititipkan Tuhan kepada kita).
Bill Gates, sang perintis Microsoft yang kebetulan manusia terkaya di dunia, juga menyisihkan lebih dari sepuluh persen dari kekayaan pribadinya untuk yayasan sosial yang ia dan istrinya dirikan, Bill and Melinda Gates Foundation. Agak mirip dengan pendahulunya, Andrew Carnegie, John Rockeffeler, dan Henry Ford. Kabar terakhir, bahkan Bill telah mendedikasikan 80 persen waktunya untuk yayasan tersebut, bukan lagi untuk Microsoft.
Hmm, itu belum seberapa. Warren Buffett, seorang investor kenamaan yang kebetulan manusia nomor dua terkaya di dunia, malah member donasi kepada Bill and Melinda Gates Foundation. Ditaksir, total donasinya mencapai 40 juta dollar. (Dengan jumlah sebesar itu, jadillah Warren pebisnis modern yang paling dermawan sejagat). Coba bayangkan sejenak, manusia nomor dua terkaya di dunia malah membesarkan yayasan yang dibangun oleh manusia terkaya di dunia!
Nah, menyimak cerita filantropi Puspo, Bill, dan Warren tersebut, barangkali kita langsung bertanya-tanya, di manakah korelasi antara derma dan keberhasilan bisnis? Menurut hemat saya, maestro manajemen sekelas Peter Drucker, Michael Porter, dan Kenichi Ohmae sekalipun akan kelimpungan untuk menemukan kaitannya. Namun begitu, saya akan mencoba mengemukakan penjelasannya.
Pertama, melalui pendekatan spiritual. Pendekatan ini lebih menekankan keberadaan Hidden Stakeholder. Sepengetahuan kita, stakeholder itu adalah pihak yang mesti kita ladeni sembari kita menggeluti bisnis. Selama ini kita mengakui pelanggan, pemasok, pekerja dan penanam modal sebagai stakeholder primer. Sementara itu, pemerintah, media massa, dan masyarakat umum kita kenal sebagai stakeholder sekunder.
Terus, siapa itu Hidden Stakeholder? Jawabannya tiada lain adalah Yang Maha Kuasa. Umat beragama manapun percaya, Hidden Stakeholder inilah yang akan membalas setiap amalan, termasuk balasan bagi mereka yang menyumbang. Bahkan kitan suci mengisyaratkan bukan sekadar balasan linear melainkan balasan eksponensial hingga 700 kali lipat. Inilah yang saya sebut investasi spiritual.
Dengar saja nasihat seorang pengusaha kawakan, “Menyumbang itu akan memudahkan rezekki yang indent.” Sementara pengusaha senior lainnya berwasiat, “Kalau ingin dapat surprise dari Tuhan, kasihlah surprise kepada sesama!”
Kedua, melalui pendekatan rasional. Begini, sebenarnya setiap kali kita member, maka pada waktu yang sama kita akan membuang “energi negative” keluar dari diri kita, sekaligus menghimpun “energi positif” ke dalam diri kita. Hm, tidak percaya? Coba saja perhatikan! Selepas menyumbang, ada semacam perasaan plong. Iya „kan? Kemudian akumulasi “energi positif” itu membuat kita feel good dan feel good itu pun memancar. Dengan demikian, ketika kita berhubungan dengan pelanggan, pemasok atau siapa pun, mereka juga merasakan hal yang sama, yaitu feel good.
Dengan kondisi sedemikian, maka urusan-urusan kita dengan mereka pun dimudahkan. Cepat atau lambat itu semua akan melancarkan, bahkan melipatgandakan pendapatan kita– dengan seizin hidden stakeholder tentunya. Tidaklah berlebihan apabila seorang motivator berpetuah, “The more you give, the more you get.” Semakin banyak memberi, semakin banyak pula menerima.
Fa amma bini‟mati rabbika fahaddits! Adapun dengan nikmat (pemberian) Tuhanmu, maka ceritakanlah! Yah, ceritakanlah dan bagikanlah kesuksesan bisnis Anda dengan berbagi kepada orang lain. Berbagi berarti „mensyukuri‟ atas nikmat yang telah Tuhan berikan kepada Anda. Berbagi berarti memuji kebesaran Tuhan yang telah membesarkan bisnis Anda. Yakinlah, dibalik segala segala macam trik dan strategi, ada campur tangan Tuhan. Tanpa campur tangan-Nya, sehebat apa pun trik dan strategi, maka tidaklah akan terjadi dan terwujud.
Saya ingin berbagi cerita. Ust. Anif, seorang penulis dan penggiat buku-buku berbasis motivasi baru saja mendapatkan transfer 30 juta rupiah, sebagai hasil kerjasama dengan koleganya. Ia berbahagia. Ia mengucap Alhamdulillah (baca: memuji Tuhan). Sebagai bukti syukurnya, ia pun menginfakkan 10 juta dari uang yang 30 juta tersebut ke Majelis Ta‟lim WisataRuhani. Kemudian, 4 juta lagi ia sumbangkan ke sebuah yayasan pendidikan Islam di Semarang. Maha Benar Allah dengan segala janjinya. Sebelum berangkat mengisi Majelis Ta‟lim Wisata Ruhani. Ia mendapatkan telpon dari koleganya di Jakarta, bahwa temannya akan memercayakan sebuah proyek pencetakan buku kepadanya yang untung bersihnya sekitar 60 juta rupiah. Dan sekitar tiga hari kemudian, koleganya yang lain, tiba-tiba berkirim SMS kepadanya. “Pak Anif, Saya Sudah Pegang Uang 40 Juta Rupiah Untuk Pak Anif. Kapan Saya Bisa Mentrasnfer Ke Rekening Bapak?” Dahsyat! Uang 14 juta diganti oleh Allah dengan 100 juta. Ini bukan kebetulan. Tapi ini adalah janji Tuhan. Maka, fa amma bini‟mati rabbika fahaddits! Jika bisnis Anda ingin langgeng, bersyukurlah dengan berbagi kepada sesama makhluk-Nya!
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Enterpreneur_Mentality
#Mengakhiri_Dengan_Memujinya