Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Hidup tidak selalu mulus. Ada segelintir manusia yang awalnya baik, namun di pertengahan dan di akhir hayatnya buruk. Ada juga di awal buruk, namun di tengah dan di akhir baik. Ada pula yang di awal baik, namun di tengah buruk, tapi di akhir hayatnya baik dan cemerlang.
Ustadz Yusuf Mansur yang dikenal sekarang menurut saya adalah sosok yang di awal baik, di tengahnya buruk, namun di akhir hayatnya baik dan cemerlang, Insya Allah. Perjalanan hidupnya patut menjadi cermin dan teladan bagi kita.
Tahukah Anda, Yusuf Mansur yang lahir dari pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrif‘ah itu mengalami kepedihan, sengsara, dan jatuh dalam lumpur kehinaan? Karena bisnisnya yang bangkrut membuatnya terlilit utang miliaran rupiah, hingga mengantarkan dirinya ke dalam hotel prodeo (baca: penjara) selama dua bulan. Lepas bebas Yusuf kembali mencoba berbisnis kembali, tapi kembali gagal dan terlilit utang kembali. Cara hidup yang keliru membawa Ustad Yusuf kembali masuk bui pada 1998.
Di penjara yang kedua Yusuf mendekam di bui selama 14 hari. Hari-hari Yusuf terasa berat di dalam penjara. Satu hari di dalam penjara, Ustadz Yusuf merasakan rasa lapar yang amat sangat. Maklum seharian belum makan, jatah makanan tidak ada. Di dekat tempat duduknya, Ustadz Yusuf melihat sepotong roti. Ketika roti akan masuk ke mulutnya, ia melihat segerombolan semut yang tengah mencari makan. Entah apa yang ia pikirkan saat itu. Namun, dibalik kegamangan pikirannya, ia pun membagi roti itu menjadi dua bagian, untuk semut-semut dan untuk ia sendiri sambil berharap mereka akan mendoakannya agar segera mendapatkan makanan. Ajaib! Lima menit setelah itu ia dapat nasi bungkus Padang. Petunjuk itu yang membuat hidup Ustadz Yusuf berubah.
Dari perubahan itulah, Ustadz Yusuf Mansur menemukan konsep Keajaiban Sedekah‘, dan dari pengalamannya dipenjara untuk mengobati kekecewaan keluarga atas sikapnya dan sebagai wujud pertaubatan dirinya, ia menulis sebuah karya yang menggugah hati berjudul Mencari Tuhan yang Hilang.
Andaikata seorang Yusuf Mansur tidak dipenjara dan mengalami penderitaan, kesengsaraan dan kehinaan, barangkali Mencari Tuhan yang Hilang yang sudah mencapai best seller tidak akan lahir dan diambil manfaatnya oleh semua orang.
Saya sudah sering mendengar ceramah tentang sedekah yang disampaikan oleh para muballigh dan membaca buku tentang pertaubatan diri, saya tidak begitu tersentuh, namun ketika mendengar ceramah Ustadz Yusuf Mansur dan membaca bukunya ada sesuatu yang lain yang saya rasakan dalam jiwa: berkobar dan penuh semangat untuk memberpaiki diri.
Simaklah dan renungkan rintihan Ustadz Yusuf Mansur dalam salah satu tulisannya yang amat menggugah hati….
Dia tidak hilang
dan tidak menghilang Dia selalu menunggu
selalu mengulurkan tanganNya
hati yang kotor inilah yang menghalangi melihat-Nya