Digindonews.com, Medan, 20 November 2025 — Seminar Literasi Sejarah Indonesia yang digelar Kementerian Kebudayaan di Medan menghadirkan perbincangan mendalam mengenai pentingnya sejarah lokal dalam menjaga identitas masyarakat multietnis di Sumatera Utara. Sejumlah narasumber menyatakan bahwa sejarah Medan sarat nilai kebangsaan namun masih kurang dimanfaatkan dalam pembelajaran generasi muda.
Anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan, menyoroti bahwa Medan adalah salah satu kota paling penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Dari kampung tua Kesawan, kolonialisme perkebunan, jejak perjuangan buruh, hingga peristiwa Medan Area tahun 1945, seluruh fase sejarah ini membentuk karakter kosmopolitan kota Medan.
Namun ironisnya, menurut survei komunitas lokal, banyak anak muda justru tidak mengenal sejarah daerahnya sendiri. “Mereka melihat kota ini sebagai kota modern, tetapi tidak memahami akar historisnya. Padahal identitas Medan terbentuk dari interaksi puluhan komunitas etnis,” kata Sofyan Tan.
Direktur Sejarah dan Permuseuman, Prof. Dr. Agus Mulyana, menambahkan bahwa rendahnya literasi sejarah dapat memunculkan ketegangan sosial. Narasi keliru yang beredar di media sosial seringkali menyinggung isu sensitif seperti etnisitas, kelompok budaya, atau tokoh sejarah tertentu.
“Medan adalah simbol keberagaman. Tanpa literasi sejarah, keberagaman itu bisa salah dimaknai dan dimanfaatkan pihak tertentu untuk memicu konflik,” tuturnya.
Sementara itu, Guru Besar Sejarah USU, Prof. Budi Agustono, mengatakan bahwa Medan sebenarnya memiliki potensi besar dalam pengembangan pariwisata sejarah dan budaya, namun dokumentasi digitalnya masih minim. Banyak bangunan kolonial dan arsip lama tidak terdokumentasi secara baik sehingga publik kesulitan mengakses informasi sejarah yang kredibel.
“Jika digitalisasi sejarah dilakukan secara masif, Medan bisa belajar dari kota-kota seperti Penang dan Melaka yang berhasil menjadikan warisan sejarah sebagai kekuatan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Seminar ini menekankan perlunya revitalisasi aset sejarah, mulai dari museum, arsip, hingga peninggalan bangunan tua. Upaya digitalisasi dan penyajian sejarah melalui konten kreatif menjadi harapan baru untuk menumbuhkan kebanggaan identitas lokal sekaligus memperkuat jati diri generasi muda.***


