Post Views: 85
Digindonews.com — Kementerian Kominfo RI angkat tema tentang Toleran di Tahun Politik dalam webinar forum diskusi publik bersama Legislator dan Narasumber; H. Darizal Basir (Anggota Komisi DPR RI), Doni Harsiva Yandra, S.IP., ME, Wildan, S.E., M.I.Kom, senin 29/1/2024.
Darizal menyampaikan Dalam tahun politik, ketegangan seringkali meningkat. Namun, toleransi dapat menjadi perekat yang kuat untuk menjaga keharmonisan di tengah perbedaan pendapat. Dengan memahami dan menghargai sudut pandang orang lain, kita dapat menciptakan ruang untuk dialog yang produktif dan membangun pemahaman bersama. Toleransi juga berperan dalam mencegah munculnya politik identitas. Dalam situasi politik yang panas, seringkali kita melihat polarisasi yang meningkat di sekitar identitas tertentu. Toleransi mengajarkan kita untuk melihat manusia sebagai manusia, bukan sekadar sebagai representasi dari kelompok tertentu.
Menurutnya, Demokrasi membutuhkan partisipasi aktif dari semua warga negara. Toleransi membangun fondasi untuk dialog demokratis, di mana setiap orang memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya tanpa takut diskriminasi. Tanpa toleransi, demokrasi dapat menjadi rentan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan budaya politik yang inklusif dan saling menghormati.
Selanjutnya, Doni Harsiva Yandra juga memaparkan bahwa menjelang tahun politik, penting untuk memperkuat sikap toleransi di masyarakat. Kita perlu menghargai perbedaan pendapat dan menjunjung tinggi nilai persatuan. Memahami beragam pandangan politik akan menciptakan kedamaian dan stabilitas di negara. Mendorong penerimaan terhadap beragam pandangan politik. Menyadari bahwa setiap individu memiliki alasan dan keyakinan masing-masing dalam dukungannya terhadap partai politik. Mendorong pendidikan politik yang lebih luas, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang sistem politik dan berbagai pilihan yang ada. Membangun ruang untuk berdialog secara terbuka dan santun. Menyediakan platform untuk diskusi yang inklusif tanpa adanya tekanan atau intimidasi.
“Ketidak toleranan dapat memicu konflik yang merugikan semua pihak. Diskusi yang tidak bersahabat dapat mengakibatkan pecah belah di masyarakat. Ketegangan antar kelompok dapat mempengaruhi stabilitas politik negara. Toleransi politik akan membantu mencegah ketidakstabilan tersebut,” ujarnya.
Beliau menyampaikan dengan kurangnya toleransi dapat menyebabkan polarisasi yang dalam. Dampaknya terasa dalam konteks bersahabat serta kehidupan sehari-hari bagi masyarakat. Peningkatan pendidikan politik dan sosialisasi nilai-nilai toleransi sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Meluncurkan kampanye besar-besaran untuk mendorong toleransi politik kepada lebih dari 500 ribu masyarakat. Mengadakan 23 acara pelatihan keterbukaan berpikir dan sikap inklusif di berbagai daerah.
Terakhir, Wildan, S.E., M.I.Kom juga menjelaskan bahwa Toleransi bukanlah sekadar kata, tetapi sebuah sikap hidup yang mampu mempersatukan bangsa. Di tahun politik, kita seringkali dihadapkan pada perbedaan pendapat, ideologi, dan visi politik. Dalam konteks ini, toleransi menjadi pilar utama dalam menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa. Tahun politik seringkali diwarnai oleh polarisasi politik, di mana masyarakat terbelah menjadi kelompok-kelompok yang memiliki pandangan berbeda.
Ia juga menyebutkan bahwa toleransi adalah kunci untuk mengatasi polarisasi ini, menghargai perbedaan, dan menciptakan ruang bagi dialog yang konstruktif. Pemimpin politik memiliki peran besar dalam membentuk budaya toleransi. Mereka harus menjadi teladan dalam menerima perbedaan, menghormati hak asasi manusia, dan mempromosikan dialog terbuka. Dengan demikian, pemimpin dapat membantu menciptakan atmosfer yang kondusif untuk mencapai keputusan yang bersifat inklusif. ***