DigIndonews.comDigIndonews.com
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Reading: KETIKA NABI BERPISAH DENGAN IBRAHIM
Share
Font ResizerAa
DigIndonews.comDigIndonews.com
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Search
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
© Sayangi.com 2022 | All Rights Reserved
DigIndonews.com > Khazanah > KETIKA NABI BERPISAH DENGAN IBRAHIM
Khazanah

KETIKA NABI BERPISAH DENGAN IBRAHIM

Agus Salim Published Mei 17, 2023
Share
SHARE

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

 

Pada suatu hari Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad Saw. Kedatangan Jibril berkenaan dengan kelahiran putra beliau bernama Ibrahim. Ibrahim dilahirkan dari rahim Mariah Qibitiyah, istri beliau, seorang bekas budak dari Mesir. Rasulullah begitu sukacita menyambut kelahiran bayi laki-laki yang amat didamba-dambakan itu. Kepada Nabi Muhammad, jibril berpesan, “Yâ Muhammad, isy mâ syi‟ta fainnaka mayyitun, wa ahbib man syi‟ta fainnaka mufarriquh; wa‟mal mâ syi‟ta fainnaka mujrabin–Hai Muhammad, hiduplah sesukamu tetapi ingat kamu akan mati; cintailah siapa pun semaumu tetapi ingat kamu akan mati; cintailah siapapun semaumu tetapi ingat kamu pasti berpisah dengannya; dan berbuatlah sekehendakmu tetapi ingat kamu akan dibalas dengan yang setimpal.” 

 

Dan, mahabenar Allah atas ucapan itu. Beberapa hari kemudian, Ibrahim–putra kesayangan Rasulullah Saw–meninggal dunia. Nabi Saw. berdukacita atas kepergian putranya ke alam baqa. Langit pun mendung saat putra Rasulullah ini diturunkan ke perut bumi. Rupanya, secercah sukacita belum sempat kering dinikmati, langsung dibalas dengan dukacita. Itulah pembalasan yang setimpal.

Baca Juga  TIDAK MERASA SUCI

 

Cerita ini menggambarkan dengan tepat tentang “pertemuan” dan “perpisahan” bagi manusia adalah soal perputaran waktu, soal giliran. Di mana, suka dan duka hanyalah rasa batin yang berubahubah, sekaligus absurd dan nisbi belaka. Ia cuma sebatas „permainan‟ dan „senda gurau‟ dunia. Datang dan pergi begitu saja. Terkadang, ia harus meninggalkan kenangan manis, kadang pula ia menggoreskan kekecewaan mendalam. Kita hanya bisa terpanah dibuatnya. Suatu saat, kita begitu gagah melayang tinggi di angkasa raya; tetapi pada saat lain, kita terpuruk jatuh ke perut bumi tiada berdaya. 

 

Begitulah hidup. Tangis dan tertawa, bahagia dan sengsara, suka dan duka, tipis sekali bedanya. Barangkali di antara ada yang pernah menghadapi peristiwa yang sama. Kita tidak pernah bertanya bagaimana perasaan mereka tatkala peristiwa itu datang dan langsung merenggut kebahagiaan yang sedang mereka nikmati. Sudah pasti ada kegoncangan dan keputusasaan tertemukan di sana. Sudah tentu ada kepedihan dan kepiluan mendalam dideritai di sana. Tetapi bagaimana caranya agar hal itu diterima sebagai peringatan, sebagai ujian atas kualitas kebertauhidan kita kepadaNya. Bahkan, siapa tahu, ia justru akan menaikkan derajat orang yang diuji oleh Dia Yang Mahakuasa. Bukankah Tuhan mengatakan bahwa Kami tidak akn menaikan derajat seorang hamba sebelum Kami mengujinya? Tentu saja, menjadi dambaan semua insan bahwa setiap ujian, insya Allah, menjadi tertanda baik bagi yang bersangkutan, bukan sebaliknya. 

Baca Juga  LMPI Kecam Tindakan Ormas Bergaya Preman, Dukung TNI-Polri Berantas Premanisme

 

Sebagai manusia biasa, wajarlah kalau kita “terpukul” manakala musibah tiba-tiba menghunjam kebahagiaan hidup kita. Namun, keterpukulan itu tidak harus membuat kita kehilangan akal sehat. Tatkala menghadapi situasi sulit dan berat serupa itu, kita dimintai oleh Allah untuk bermohon kepada-Nya, agar beban itu diringankan, agar ujian itu disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas diri kita masing-masing. Jangan sampai Allah menurunkan ujian yang tidak sanggup memikulnya.

 

Bila itu terjadi, maka sebuah isyarat bahwa kita telah melampaui batas, sebuah peringatan bahwa kita telah melenceng terlalu jauh. Karenanya, balasan terberatlah yang dianggap paling masuk akal untuk melunasi utang „kenakalan‟ kita. Itulah sebabnya, di saat suka, kita harus ingat bahwa duka sedang mengincar. Bersikap tawadhu‟ (rendah hati) di kala suka, dan berlaku sabar (santun) di saat duka adalah sikap manusia “agung” yang paling mengesankan. Mudah-mudahan kita mampu mewujudkan pribadi seperti itu dalam gerak sosial kita sehari-hari. 

Baca Juga  SEDEKAH MELAPANGKAN HATI!

   

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Goresan_Hikmah

#Ketika_Nabi_Berpisah_Dengan_Ibrahim

 

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Gede Pasek Akan Serahkan Jabatan Ketum Pada Anas Urbaningrum
Next Article Legislator Harap Warga Indonesia Bijak Dalam Menggunakan Media Sosial
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Daerah882
    • Agam14
    • Bukit Tinggi14
    • Limapuluh Kota395
    • Padang32
    • Payakumbuh26
    • Solok68
  • Ekonomi661
  • Headline402
  • Internasional81
  • Khazanah191
  • Lifestyle112
  • Nasional850
  • Olahraga78
  • Opini174
  • Pariwara Lipsus30
  • Politik253
  • Uncategorized253
  • Video15

Berita Lainnya

Didorong Semangat Pengabdian, Hendro Putra Madani Maju di Pilwana Barung Barung Belantai Selatan
10 Cara Seru Menikmati Liburan Natal dan Tahun Baru di Surabaya
Fiber vs FWA 2025: Zoom Anak Lancar Tanpa Lag
PB HMI Resmi Tutup SEPIM 2025: Kader Dipersiapkan Sambut Kepemimpinan Indonesia Emas 2045

Berita Terkait

Khazanah

Aksi Kemanusiaan Sijunjung Menggema: Pemuda dan Mahasiswa Geruduk Dua Titik Bencana di Sumbar

Desember 5, 2025
Khazanah

Tengah Reruntuhan Banjir Bandang, Kepedulian Polres Sijunjung Bikin Wali Nagari Menangis Haru

Desember 5, 2025
Khazanah

Langsung ke Titik Bencana: Handriawan dan Relawan Salurkan Harapan untuk Padang

Desember 1, 2025
Pusako Panai Culture & Competition 2025: Merawat Tradisi, Mengunggah Kreasi Pemuda Sumatera Barat
Khazanah

Festival Budaya Sumbar 2025: Pusako Panai Hidupkan Tradisi, Ledakkan Kreasi

Desember 1, 2025
Show More
DigIndonews.comDigIndonews.com
Follow US
© DigIndonews.com 2024 | All Rights Reserved
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
Sign in to your account

Lost your password?