DigIndonews.comDigIndonews.com
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Reading: INDIKATOR CAMPURAN
Share
Font ResizerAa
DigIndonews.comDigIndonews.com
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Search
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
© Sayangi.com 2022 | All Rights Reserved
DigIndonews.com > Ekonomi > INDIKATOR CAMPURAN
EkonomiKhazanah

INDIKATOR CAMPURAN

Agus Salim Published September 28, 2023
Share
SHARE

Ekonomi

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

 

2.13.1. Indikator Susenas Inti

Pada tahun 1992, Biro Pusat Statistik (BPS) mengembangkan suatu indikator kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas Inti (Core Susenas). Indikator Susenas Inti ini merupakan indikator “campuran” karena terdiri indikator sosial dan ekonomi. Indikator Susenas Inti ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Pendidikan, dengan indikator: tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
  2. Kesehatan, dengan indikator: rata-rata hari sakit dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
  3. Perumahan, dengan indikator: sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan kualitas tempat tinggal.
  4. Angkatan Kerja, dengan indikator: partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
  5. Keluarga Berencana dan Fertilitas, dengan indikator: penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.
  6. Ekonomi, dengan indikator: tingkat konsumsi per kapita.
  7. Kriminalitas, dengan indikator: angka kriminalitas per tahun.
  8. Perjalanan wisata, dengan indikator: frekuensi perjalanan wisata per tahun.
  9. Akses ke media massa, dengan indikator: jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.
2.1.3.2 Indeks Pembangunan Manusia

Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program (UNDP) mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal sebagai Indeks Pembangunan Manusia atau IPM (Human Development Index). Nilai IPM ini diukur berdasarkan tiga indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per kapita berdasarkan paritas daya beli.

Sama seperti IKH, IPM ini juga digunakan untuk melakukan pemeringkatan terhadap kinerja pembangunan berbagai negara di dunia. Berdasarkan indeks IPM-nya, negara-negara di dunia ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

  1. Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah (low human development), bila memiliki nilai IPM antara 0 sampai 0,50.
  2. Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia menengah (medium human development), bila memiliki nilai IPM antara 0,50 sampai 0,79.
  3. Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi (high human development), bila memiliki nilai IPM antara 0,79 sampai 1

Tabel 3.5

Indeks Pembangunan Manusia Beberapa Negara Terpilih, 2006

Baca Juga  Advokat Edy Syahputra Apresiasi Tindakan Hukum Terhadap Tersangka Ex-Karyawati Bank BTN

 

Negara Tingkat

Harapan Hidup

(Tahun

Tingkat

Melek Huruf

(%

Dewasa)

GDP

Per Kapita

(PPP, US $)

Nilai IPM
High Human Development
Norwegia 79,9 99,9 51.862 0,968 (1)
Jepang 82,4 99,9 31.951 0,956 (8)
Amerika Serikat 78,0 99,9 43.968 0,950 (15)
Inggris 79,2 99,9 30.821 0,942 (21)
Israel 80,5 97,1 24.405 0,930 (24)
Singapura 78,9 92,5 47.426 0,918 (28)
Medium Human Development
Turki 71,6

70,0

70,5

70,1

64,1

58,1

88,1

93,9

84,0

91,0

65,2

75,6

11.535

7.613

10.031

3.455

2.489

1.619

0,798 (76)

0,786 (81)

0,7777 (84)

0,726 (109)

0,609 (132)

0,575 (136)

Thailand
Iran
Indonesia
India
Kamboja
Low Human Development
Nigeria 46,6 71,0 1.852 0,499 (154)
Timor Leste 60,2 50,1 668 0,483 (158)
Ethiopia 52,2 35,9 700 0,389 (169)
Negara Berpenghasilan 793 99,9 35.062 0,942
Tinggi
Negara Berpenghasilan 71,1 91,4 6.649 0,774
Menengah Negara 60,3 63,8 1.949 0,564
Berpenghasilan
Rendah

Sumber: UNDP, Human Development Report, 2009 Keterangan: Angka (…) menunjukkan peringkat di dunia

Tabel 3.5 di atas menunjukkan tingkat harapan hidup, persentase melek huruf, pendapatan per kapita, dan nilai IPM beberapa negara terpilih. Negara yang memiliki nilai IPM tertinggi pada tahun 2006 adalah Norwegia (0,968). Sedangkan Indonesia berada pada peringkat 109 dengan nilai IPM sebesar 0,726. Sementara itu, kelompok negara yang memiliki indeks pembangunan manusia yang rendah (low human development) hampir semuanya berasal dari kawasan Afrika. Satu hal yang cukup menarik di sini adalah bahwa negara-negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi cenderung memiliki nilai IPM yang tinggi pula. Namun, fenomena tersebut tidak terjadi pada semua negara. Misalnya, Iran, suatu negara yang memiliki pendapatan per kapita 1,5 kali lebih besar daripada Thailand, namun nilai IPM Thailand (0,786) relatif lebih tinggi daripada Iran (0,777).

Tabel 3.6

Peringkat IPM Propinsi-propinsi di Indonesia, 2005

 

Propinsi

Usia Tingkat Melek Rata-rata lama Pengeluaran Nilai
Harapan Hidup Huruf, dewasa pendidikan per kapita IPM
(tahun) (%) (tahun) (Rp.000)
DKI Jakarta 72,5 98,3 10,6 619,5 76,1
Sulawesi Utara 71,7 99,3 8,8 616,1 74,2
Riau 70,7 97,8 8,4 623,2 73,6
D. I. Yogyakarta 72,9 86,7 8,4 638,0 73,5
Kalimantan Tengah 70,7 97,5 7,8 623,6 73,2
Kalimantan Timur 70,3 95,3 8,7 621,4 72,9
Sumatra Utara 68,7 97,0 8,5 618,0 72,0
Sumatra 68,2 96,0 8,0 618,2 71,2
Barat
Bengkulu 68,8 94,7 8,0 617,1 71,1
Jambi 68,1 96,0 7,5 620,8 71,0
Bangka Belitung 68,1 95,4 6,6 628,0 70,7
Sumatra

Selatan

68,3 95,9 7,5 610,3 70,2
Jawa Barat 67,2 94,6 7,4 619,7 69,9
Jawa Tengah 70,6 87,4 6,6 621,4 69,8
Bali 70,4 86,2 7,5 618,2 69,8
Maluku 66,2 98,0 8,5 597,3 69,2
Nanggroe Aceh D. 68,0 96,0 8,4 588,9 69,0
Lampung 68,0 93,5 7,2 605,1 68,8
Banten 64,0 95,6 8,0 619,2 68,8
Sulawesi Tengah 65,4 94,9 7,6 610,3 68,5
Jawa Timur 68,5 85,8 6,8 622,2 68,4
Sulawesi Selatan 68,7 84,6 7,0 616,8 68,1
Maluku

Utara

64,2 95,2 8,5 590,3 67,0
Sulawesi Tenggara 66,8 91,3 7,6 598,9 67,5
Gorontalo 65,0 95,0 6,8 607,8 67,5
Kalimantan

Selatan

62,1 95,3 7,3 622,7 67,4
Kalimantan Barat 65,2 89,0 6,6 609,6 66,2
Papua Barat 66,9 85,4 7,2 584,0 64,8
Nusa Tenggara Timur 64,9 85,6 6,3 589,8 63,6
Nusa

Tenggara Barat

60,5 78,8 6,4 623,2 62,4
Papua 67,3 74,9 6,2 585,2 62,1
Indonesia 68,1 90,9 7,3 619,9 69,6

Sumber : BPS 2009

Dari Tabel 3.6 di atas, dapat diketahui indeks pembangunan manusia di 31 propinsi di Indonesia. Berdasarkan IPM-nya, propinsi DKI Jakarta berada pada urutan pertama dengan nilai IPM sebesar 76,1. Sementara propinsi Papua berada urutan terakhir dengan nilai IPM sebesar 62,1. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa propinsi dengan tingkat pengeluaran per kapita yang relatif tinggi akan memiliki angka IPM yang tinggi juga. Misalnya, propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki pengeluaran per kapita yang relatif tinggi yaitu Rp623,2 ribu rupiah, tetapi IPM-nya hanya 62,4. Berdasarkan kriteria dari UNDP, secara keseluruhan propinsi di Indonesia termasuk dalam propinsi-propinsi dengan tingkat pembangunan manusia menengah (medium human development), dengan kisaran antara 62,1 (0,621) sampai 76,1 (0,761).

Oleh karena itu, pelajaran yang dapat ditarik dari kedua tabel di atas adalah bahwa nilai IPM suatu negara atau daerah sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan internal pemerintah negara atau daerah tersebut terkait mengenai aspek pembangunan manusianya, bukan hanya pada tinggi rendahnya pendapatan per kapita. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung aspek pembangunan manusia dapat dilihat dari proporsi anggaran pemerintah untuk pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan. Besarnya proporsi anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk kedua sektor tersebut mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap aspek pembangunan manusia.

Konsep IPM ini memberikan pelajaran bagi kita tentang apa yang seharusnya dipandang sebagai ukuran keberhasilan

pembangunan. Pembangunan berawal dan bertitik tolak dari manusia, dilakukan oleh manusia, maka sudah semestinya ditujukan pula untuk manusia. Di dalam konsep IPM ini terdapat perpaduan antara aspek-aspek sosial dan ekonomi. Hal tersebut memungkinkan konsep ini untuk dapat memberikan gambaran yang lebih luas bagi kinerja pembangunan suatu negara.

Namun, sama halnya dengan konsep pendapatan per kapita, konsep IPM-pun tidak lepas dari kelemahan dan kritik. Beberapa ekonom menganggap asumsi-asumsi dan taksiran-taksiran dari IPM seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka juga berpendapat bahwa metodologi perhitungan yang digunakan dalam perhitungan IPM terlalu longgar. Selain itu, seringkali data yang kurang layak dan tidak akurat dimasukkan dalam perhitungan sehingga pembandingan IPM antar negara menjadi kurang relevan.

Meskipun ada beberapa kelemahan dan kritik atas konsep IPM, namun konsep ini masih layak digunakan. Selain itu, ketiga indikator utama IPM, yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan GNP per kapita rasanya terlalu penting untuk diabaikan. Semua indikator tersebut bisa dijadikan acuan untuk memperdalam pemahaman kita mengenai proses pembangunan yang sedang berjalan.

Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article DPR RI Christina Aryani: Literasi Data Pribadi perlu Digaung-gaungkan
Next Article Warga Antusias Mengikuti Goro Ganjar Mania Sijunjung di Surau Lokuang Godang
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Daerah816
    • Agam13
    • Bukit Tinggi12
    • Limapuluh Kota384
    • Padang23
    • Payakumbuh24
    • Solok56
  • Ekonomi324
  • Headline395
  • Internasional78
  • Khazanah169
  • Lifestyle110
  • Nasional729
  • Olahraga69
  • Opini150
  • Pariwara Lipsus27
  • Politik246
  • Uncategorized189
  • Video15

Berita Lainnya

INDONESIA PERLU TINGKATKAN KETAHANAN DIGITAL DAN EKONOMI NASIONAL Direktur CSI: PRABOWO HARUS SIGAP ANTISIPASI PERANG IRAN – ISRAEL
Floating Breakfast ala Grazie Bali: Sensasi Sarapan Terapung yang Instagramable dan Tak Terlupakan
Istighosah Bersama Warga Demak, Kementerian PU Bergerak Cepat Atasi Banjir Rob
Tokoh Tarekat Al-Mu’min Diduga Sebarkan Ajaran Menyimpang, Masyarakat Di Minta Tunggu Keputusan Resmi MUI

Berita Terkait

Ekonomi

Uni-Charm Pet Indonesia Perkenalkan Produk Camilan dan Sanitasi Lewat Acara “Kiwi British Cat Fan Meowting”

Juni 18, 2025
Ekonomi

Alasan Kenapa Sebaiknya Kamu Punya Tabungan Digital

Juni 16, 2025
Ekonomi

Bangun Video Profesional dengan AI: MAXY Academy Gelar Kelas Intensif Gratis Bertema Video AI

Juni 16, 2025

Raja Ampat Bukan Korban Tunggal Eksploitasi Tambang; HMI KORKOM Universitas Nasional Angkat Suaraw

Juni 15, 2025
Show More
DigIndonews.comDigIndonews.com
Follow US
© DigIndonews.com 2024 | All Rights Reserved
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
Sign in to your account

Lost your password?