Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Seorang sufi mendatangi muridnya yang belakangan ini kelihatan agak murung. “Kenapa kau kelihatan murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu?”, tanya sang guru.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah, sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang tak habis-habisnya,” jawab sang murid.
Sang guru terkekeh. “nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu.
Si murid beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan perintah gurunya. Lalu kembali memabawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta gurunya.
“Coba ambil segenggam garam dan masukkan kedalam segelas air. Setelah itu coba kau minum sedikit,” kata sang guru. Si murid melakukannya. Wajahnya meringis karena minum air asin. “Bagaimana rasanya?”, tanya sang guru. “Asin dan perutku terasa mual”, jawab si murid. Sang guru terkekeh kembali dan mengajak si murid ke sebuah danau. “Ambil garam yang tersisa dan sebarkan ke danau”, perintah sang guru. Si murid melakukan apa yang diperintahkan gurunya.
“Sekarang coba kau minum air danau itu”, ucap sang guru. Padahal rasa asin di ludahnya belum hilang. Ingin rasanya ia meludah. Tetapi itu bukanlah sikap yang sopan dilakukan dihadapan seorang guru. Namun karna rasa hormat kepada sang guru, pemuda itu pun menangkupkan kedua tangannya untuk mengambil air danau dan meminumnya. “Bagaimana rasanya?”, tanya sang guru. “Segar, segar sekali, guru”, jawab pemuda itu. “Adakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” “Sama sekali tidak, guru”
“Nak,” kata sang guru setelah membiarkan muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang dan tidak lebih. Banyak masalah dan penderitaan yang kau alami sepanjang perjalanan hidupmu yang sudah ditentukan oleh Allah. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja. Tidak ditambah dan tidak juga dikurangi. Setiap manusia yang lahir di dunia termasuk nabi sekalipun tak ada yang tak bebas dari penderitaan dan masalah.” Si murid diam.
“Tapi, Nak, rasa “asin” dari penderitaan yang kau alami itu tergantung dari kebesaran hatimu yang menampungnya. Jadi, supaya tidak menderita berhentilah menjadi gelas. Jadilah kalbu dalam dadamu sebesar danau”.
Sungguh, segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Banyaknya masalah yang kita alami dalam hidup ini tidaklah melebihi batas kemampuan kita karena “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya….” (Al-Baqarah [2]: 286)
Masalah-masalah yang datang silih berganti itu bukanlah sebuah kesia-siaan. Allah menjelaskan “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan „kami telah beriman‟, dan merek tidak diuji?” (Al-Ankabut : 2)
Luaskan dada kita serta berjiwa besar atas masalah yang kita hadapai dan jangan jadikan hati kita seperti gelas yang kecil, tapi jadikanlah seluas danau atau samudera.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Goresan_Hikmah
#Hati_Seluas_Samudra