DigIndonews.comDigIndonews.com
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Reading: Gelar FGD Soal Perlindungan Perempuan dan Anak, ISLaMS Kritisi Perkawinan dengan  Usia Ketimpangan Ekstrem dan Nafkah Anak
Share
Font ResizerAa
DigIndonews.comDigIndonews.com
Font ResizerAa
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Search
  • Nasional
  • Daerah
  • Politik
  • Khazanah
  • Opini
  • Ekonomi
  • Opini
  • Uncategorized
  • Redaksi
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
© Sayangi.com 2022 | All Rights Reserved
DigIndonews.com > Nasional > Gelar FGD Soal Perlindungan Perempuan dan Anak, ISLaMS Kritisi Perkawinan dengan  Usia Ketimpangan Ekstrem dan Nafkah Anak
Nasional

Gelar FGD Soal Perlindungan Perempuan dan Anak, ISLaMS Kritisi Perkawinan dengan  Usia Ketimpangan Ekstrem dan Nafkah Anak

Putra Published Juni 24, 2025
Share
SHARE

digindonews.com, Yogyakarta – Institute for the Study of Law and Muslim Society (ISLaMS) menggelar Focused Group Discussion (FGD) bertajuk Improving Legal Awareness on Children Rights among Islamic Courts’ Judges in Indonesia: Reviews on Legal Norms and Practices in the Perspective of Financial Welfare di Hotel Saphir Yogyakarta, Selasa (24/6). Acara ini merupakan bagian dari proyek riset tahun kedua yang bekerja sama dengan Norwegian Center of Human Rights (NCHR), Universitas Oslo, Norwegia.

“ISLaMS hadir untuk memberikan sumbangsih melalui berbagai program, salah satunya proyek penelitian. FGD ini menjadi bagian penting dari rangkaian riset tersebut,” ujar Sekretaris ISLaMS, Prof. Dr. Ali Sodiqin, M.Ag. dalam sambutan pembukaannya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para narasumber dari kalangan hakim, advokat, dan mediator yang turut hadir, termasuk perwakilan dari 12 Pengadilan Agama di DIY dan Jawa Tengah.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah pernikahan dengan selisih usia ekstrem. Direktur ISLaMS, Prof. Dr. Euis Nurlaelawati, M.A., mengkritisi fenomena ini dengan tegas. “Perempuan usia 25 tahun menikah dengan pria 80 tahun, ini bukan sekadar perbedaan usia, tapi juga ketimpangan kekuasaan dan tanggung jawab. Perempuan muda dalam posisi seperti ini rentan secara sosial maupun ekonomi,” ujarnya.

Baca Juga  Gelar FGD, Asosiasi UMKM Singkawang Dorong Pelaku Usaha Gunakan Hak Pilih Dalam Pilwako 2024

Diskusi terbagi ke dalam dua sesi utama yang dipimpin langsung oleh Direktur ISLaMS. Sesi pertama membahas isu perceraian dan pemenuhan hak anak, terutama terkait dengan besaran nafkah, mekanisme eksekusinya, dan pelibatan lembaga negara. Sesi kedua membahas norma dan praktik poligami, termasuk aspek hukum yang berkaitan dengan keberadaan anak serta kemampuan finansial suami.

Hakim PA Klaten, Ainun Najib, yang juga menjadi narasumber, mengangkat persoalan krusial terkait status anak dan nafkah dalam praktik peradilan. Ia menyoroti kasus kekerasan seksual terhadap anak oleh pelaku lansia yang kemudian menyebabkan kehamilan.

“Bayangkan, pelakunya kakek 80 tahun. Anak lahir dalam kondisi sehat, namun proses hukum dan sosialnya rumit. Tidak ada mekanisme eksekusi khusus untuk perkara anak, padahal ini genting,” ujar Ainun.

Baca Juga  Kuliah Umum ISLaMS dan FSH UIN Sunan Kalijaga, Bahas Pembaruan dan Relevansinya dengan Kajian dalam Ragam Pendekatan

Ia juga menyinggung kendala dalam menetapkan nafkah anak pasca perceraian. “Kami menyarankan acuan seperti UMK dengan kenaikan 10-20 persen, tapi nyatanya UMK sangat fluktuatif. Kenaikan rata-rata hanya 6,11% dalam 10 tahun terakhir di Klaten,” jelasnya.

Lebih jauh, Ainun menekankan pentingnya mengakui penelantaran anak sebagai bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

“Selama ini masyarakat hanya mengenal KDRT sebagai kekerasan fisik dan psikis. Padahal, penelantaran ekonomi juga harus masuk dalam skema perlindungan hukum,” katanya.

Narasumber lain, Ketua Pengadilan Agama Sleman, Yuniati Faizah, menyoroti pentingnya penetapan besaran nafkah anak yang adil dan berkelanjutan dalam praktik peradilan.

“Besaran nafkah anak dalam praktik peradilan idealnya mempertimbangkan batas minimum yang disesuaikan dengan standar upah regional, dengan skema kenaikan tahunan yang proporsional serta mekanisme eksekusi yang terintegrasi melalui pengadilan dan lembaga pemerintah terkait demi menjamin keberlanjutan hak anak pasca perceraian,” tegasnya.

Baca Juga  DPR RI Sahkan UU Ekstradisi Buronan Indonesia-Singapura

Nur Lailah, Hakim Pengadilan Agama Semarang,  menilai bahwa mekanisme eksekusi pemenuhan hak nafkah anak pasca perceraian masih sulit dilakukan karena tidak adanya instrumen khusus yang efektif untuk menjamin pelaksanaannya, meskipun sudah ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

“Putusan soal nafkah anak memang ada, tapi eksekusinya sulit. Tidak ada instrumen khusus yang bisa menjamin itu terlaksana,” ujar hakim yang sekaligus merangkap Ketua Pengadilan Agama tersebut.

FGD ini dihadiri oleh perwakilan dari Pengadilan Agama Yogyakarta, Magelang, Mungkid, Boyolali, Semarang, Wates, Klaten, Sleman, Bantul, Salatiga, Wonosari, serta advokat dan mediator. Diskusi lintas profesi ini diharapkan mampu memperkuat sistem perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak, serta melahirkan rekomendasi kebijakan yang lebih adil dan solutif.

Pewarta: Gusti Rian Saputra

TAGGED:FGDislamsperkawinan
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Copy Link
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Bank Raya Ajak Generasi Muda Persiapkan Masa Depan dengan Bijak Kelola Keuangan dan Investasi
Next Article Tokoh Adat Kalbar Apresiasi Sinergitas Masyarakat Dan Polda Kalbar Dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Di Kalbar
Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Daerah857
    • Agam14
    • Bukit Tinggi14
    • Limapuluh Kota388
    • Padang32
    • Payakumbuh25
    • Solok65
  • Ekonomi465
  • Headline401
  • Internasional81
  • Khazanah182
  • Lifestyle112
  • Nasional787
  • Olahraga75
  • Opini164
  • Pariwara Lipsus30
  • Politik252
  • Uncategorized225
  • Video15

Berita Lainnya

BRI Branch Office Rawamangun Gelar Kegiatan “Jumat Berkah” dengan Membagikan Makanan untuk Masyarakat Sekitar
BRI KCP Kalisari dan Kecamatan Pasar Rebo Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Pemanfaatan AI
Athari Gauthi Ardi bersama Kemenperin dorong lahirnya 350 wirausaha baru sebagai penggerak ekonomi daerah.
Membangun Mimpi, Menggerakkan Ekonomi: 350 Wirausaha Baru Tumbuh di Sijunjung
Demokrasi Pancasila dan Hak Kesehatan Rakyat: Dua Sisi dari Keadilan Sosial

Berita Terkait

Nasional

KOMISI PEMILIHAN HIMPUNAN FISIP UNAS MENGURANGKAN NILAI-NILAI SEMANGAT BERDEMOKRASI

Oktober 9, 2025
Nasional

HMI Cabang Singkawang Ajak Mahasiswa Dalam Penyampaian Aspirasi Secara Damai

Oktober 4, 2025
Nasional

Pakar: Keluarga Jadi Garda Depan Lindungi Anak di Era Digital

Oktober 3, 2025
Nasional

Havizd: Pentingnya Peran Intelektual Muda Dalam Mewujudkan Stabilitas Harkamtibmas

Oktober 3, 2025
Show More
DigIndonews.comDigIndonews.com
Follow US
© DigIndonews.com 2024 | All Rights Reserved
  • Redaksi
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Profesi Wartawan
Sign in to your account

Lost your password?