Digindonews.com, Polewali Mandar — Kementerian Kebudayaan mendorong sekolah-sekolah di Polewali Mandar memperkuat kurikulum muatan lokal berbasis sejarah Mandar sebagai jawab atas menurunnya minat pelajar terhadap pembelajaran sejarah nasional. Hal ini disampaikan dalam Seminar Literasi Sejarah Indonesia yang digelar Kamis (20/11/2025).
Dalam sambutannya, Anggota Komisi X DPR RI Ratih Megasari Singkarru mengungkapkan bahwa minat baca sejarah pelajar Indonesia masih berada pada kisaran 40%, dan sebagian besar pelajar hanya mengenal sejarah melalui narasi media sosial, bukan sumber akademik.
“Generasi muda Mandar mengenal potongan sejarah, bukan narasi utuh. Mereka tahu sedikit tentang kerajaan Mandar, tetapi tidak memahami kontribusinya terhadap sejarah Nusantara,” ujar Ratih.
Ratih menyoroti bahwa Polewali Mandar memiliki sejarah besar yang kaya nilai perjuangan, ketangguhan pelaut Sandeq, hingga diplomasi para Tomakaka. Namun narasi besar ini belum tertanam kuat di sekolah karena keterbatasan materi dan sumber multimedia yang relevan.
Kepala Subbag TU Direktorat Sejarah Permuseuman, Tirmizi S.S, menekankan pentingnya memperkenalkan literasi sejarah di lingkungan keluarga dan sekolah sedini mungkin. Ia menyarankan sekolah-sekolah memanfaatkan teknologi digital sebagai media pembelajaran.
“Sejarah harus diajarkan dengan cara yang dekat dengan dunia anak muda: video, dokumenter pendek, podcast edukatif, hingga aplikasi pembelajaran berbasis permainan,” jelas Tirmizi.
Menurutnya, literasi sejarah juga membentuk karakter pelajar. Dengan memahami nilai-nilai pacce, sipamandar, dan etos pelaut Mandar yang ulet, generasi muda dapat membangun kebanggaan identitas sekaligus memperkuat daya saing global.
Tokoh masyarakat Ilham Sopu menyampaikan bahwa hanya sekitar 25–30% arsip sejarah Mandar yang telah terdigitalisasi. Hal ini membuat banyak generasi muda kesulitan mengakses sejarah lokal mereka sendiri.
Ia mengajak sekolah, komunitas literasi, dan pemerintah daerah bekerja bersama memperbanyak kegiatan kreatif seperti:
-
lomba vlog sejarah Mandar,
-
pameran foto lama berbasis digital,
-
proyek dokumentasi manuskrip lontaraq,
-
kelas digital storytelling sejarah lokal.
“Anak-anak Mandar adalah digital native. Mereka punya kemampuan membuat konten. Tinggal bagaimana kemampuan itu diarahkan untuk mendokumentasikan sejarah daerah,” tutur Ilham.
Kegiatan ini menjadi titik awal pembentukan ekosistem pembelajaran sejarah yang lebih menarik, menyeluruh, dan berbasis budaya lokal. Kementerian Kebudayaan memastikan dukungan penuh terhadap upaya perbaikan kurikulum sejarah di Polewali Mandar.***


