Digindonews.com, Ketapang – Untuk mencegah kekerasan fisik dan pelecehan seksual di lingkungan pesantren, Panitia Bersama dari Kementerian Agama, KPPAD Ketapang, dan FPKPI Ketapang menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Gedung PCNU Ketapang, Kamis (24/7/2025).
Acara ini dihadiri para tokoh agama seperti Ketua PCNU dan Ketua MUI Ketapang. Pimpinan pesantren dan para santri dari berbagai lembaga pendidikan keagamaan juga ikut hadir.
Ketua KPPAD Ketapang, Elias Ngiuk, menegaskan pentingnya penerapan konsep Pesantren Ramah Anak. Menurutnya, pendekatan ini sangat efektif mencegah tindak kekerasan maupun pelecehan.
“Kalau mekanismenya dijalankan dengan baik, potensi kekerasan bisa dicegah,” ujar Elias.
Ia juga memastikan bahwa KPPAD siap mendampingi korban dari awal hingga kasus ditangani. Penanganan harus cepat dan berempati.
“Jangan sampai kasusnya viral di medsos. Itu bisa menyakiti psikologis korban,” tambahnya.
Ketua FPKPI Ketapang, KH. Alamuddin Jazuli, mengajak guru-guru pesantren untuk mendidik dengan cara yang lebih lembut dan sesuai zaman.
“Dulu pukul pakai rotan dianggap wajar. Sekarang itu kekerasan. Guru harus jadi teladan, bukan menakutkan,” tegasnya.
Irma, seorang santriwati yang ikut hadir, menyampaikan harapannya. Ia ingin lingkungan pesantren menjadi tempat belajar yang nyaman.
“Kalau kami salah, bimbinglah dengan baik. Jangan dibentak atau disakiti,” katanya lirih.
Ketua MUI Ketapang, KH. Faisol Maksum, mengungkapkan bahwa MUI sudah mengeluarkan banyak fatwa perlindungan anak. Namun, belum semuanya sampai ke pesantren-pesantren di daerah.
Sementara itu, Ketua PCNU Ketapang, KH. Abdullah Al Faqir, menekankan pentingnya suasana pesantren yang ramah dan terbuka pada evaluasi.
“Kami juga minta pemerintah peduli, tak hanya pada santri, tapi juga pada para guru. Kadang guru ditekan wali santri, padahal niatnya mendisiplinkan,” jelasnya.
KH. Abdullah berharap setiap persoalan di pesantren diselesaikan secara kekeluargaan. Tak saling menyalahkan, tapi saling memahami.***