Digindonews.com, Jakarta —Pemerintah terus menggenjot implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai strategi pembangunan multisektor yang mencakup gizi, pendidikan, ekonomi, dan pengurangan kemiskinan. Program ini digadang-gadang sebagai pilar utama pembangunan SDM dalam rangka menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
Dalam webinar nasional yang digelar 16 Juli 2025, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia, Wildan Hakim, menilai bahwa MBG bukan sekadar distribusi makanan, melainkan bentuk intervensi terukur untuk mengurangi beban orang tua, meningkatkan prestasi belajar, serta memperluas lapangan kerja.
“Angka stunting kita masih 21,5% dan underweight 15,9%. Kalau ini tidak kita tangani sejak anak-anak dan ibu hamil, maka kita kehilangan peluang membentuk generasi unggul,” jelas Wildan. Ia menyebut Jepang, Finlandia, hingga Prancis sebagai negara yang telah lebih dulu mengadopsi program serupa secara sistematis.
Tokoh pemuda Gilang Nusa Bakti menekankan bahwa MBG mampu menekan kerugian ekonomi akibat gizi buruk yang mencapai 2–3% dari PDB per tahun. Ia menyebut indikator keberhasilan program ini mencakup input hingga impact, serta menyoroti pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal dan pengolahan menu yang sesuai dengan preferensi anak-anak.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, H. Oleh Soleh, mengajak masyarakat untuk menyebarkan informasi yang benar dan tidak terprovokasi oleh disinformasi yang melemahkan dukungan terhadap program pemerintah. “Program ini harus jadi gerakan bersama. Karena membangun bangsa, kita mulai dari isi piring anak-anak kita hari ini,” katanya.
Dengan estimasi anggaran mencapai Rp30,6 triliun untuk tahun 2025 dan sasaran 15–18 juta jiwa, para narasumber menekankan bahwa konsistensi dan pengawasan publik menjadi kunci suksesnya program ini sebagai investasi jangka panjang yang berkelanjutan.***