Digindonews.com, Jakarta—Perkembangan teknologi yang begitu pesat dan pengaruhnya terhadap generasi muda, Farah Putri Anggota DPR RI giat Seminar online dengan tema “Radikalisme, Remaja, dan Internet” via zoom meeting pada Selasa (16/07/24).
Radikalisme merupakan paham yang ingin melakukan perubahan drastis terhadap tatanan sosial dan politik melalui cara-cara kekerasan. Di era digital ini, radikalisme telah menemukan media baru untuk berkembang, yaitu internet.
“Generasi Z dan milenial, yang mendominasi pengguna internet di Indonesia dengan kontribusi sebesar 65,02%, menjadi kelompok yang paling rentan terhadap paparan radikalisme”, ujar Farah.
Laporan dari Institute for Economics and Peace menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga negara yang paling terdampak terorisme di kawasan Asia Pasifik. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman radikalisme dan terorisme sangat nyata bagi Indonesia.
Sikap toleransi remaja bisa digambarkan dalam empat kategori: toleran, intoleran pasif, intoleran aktif, dan potensi terpapar. Penelitian oleh Setera Institute menemukan adanya peningkatan radikalisasi di kalangan pelajar di lima kota besar di Indonesia.
“Media sosial menjadi platform utama penyebaran radikalisme, berfungsi sebagai inkubator bagi ideologi-ideologi ekstremis. Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menangani 5.731 konten yang mengandung ekstremisme, radikalisme, dan terorisme di berbagai platform digital. Konten radikalisme terbanyak ditemukan di platform media sosial seperti Facebook dan Instagram”, lanjut Farah.
Untuk melawan radikalisme, literasi digital menjadi sangat penting. Literasi digital adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi secara kritis. Dengan literasi digital yang baik, individu dapat lebih kritis dan bertanggung jawab dalam menghadapi konten radikal di dunia digital.
Literasi digital yang baik membantu masyarakat menolak hoaks dan propaganda radikal, serta membangun budaya digital yang sehat.
“Sebagai penutup, pengaruh internet dalam kehidupan remaja tidak bisa diabaikan. Radikalisme yang disebarkan melalui internet bisa berdampak negatif pada pemikiran dan pandangan mereka. Melalui pengembangan literasi digital yang baik, kita bisa membantu remaja menjadi lebih sadar, kritis, dan bertanggung jawab dalam menghadapi konten radikal di dunia digital. Mari kita bersama-sama membangun masyarakat yang lebih harmonis dan aman di lingkungan digital”, tutup Farah.***