DigIndonews.com, Jakarta – Webinar bertema layanan kesehatan nasional menghadirkan tiga narasumber dari unsur legislatif, akademisi, dan aktivis pemuda yang menyoroti pentingnya program Cek Kesehatan Gratis dan upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia. Diskusi berlangsung dengan fokus pada pemerataan akses layanan kesehatan preventif sebagai hak dasar seluruh warga negara.
Anggota Komisi I DPR RI, H. Oleh Soleh, SH, menegaskan bahwa Kominfo-Digi memiliki tanggung jawab untuk menginformasikan dan menyosialisasikan program strategis pemerintah, termasuk kemudahan akses pelayanan kesehatan tanpa membebani masyarakat. Ia menekankan bahwa Cek Kesehatan Gratis dan Pencegahan Stunting merupakan hak asasi setiap warga negara, sehingga seluruh elemen masyarakat perlu mendukung pelaksanaannya.
Menurutnya, peserta webinar harus menjadi “duta literasi dan duta informasi” yang menyebarkan pemahaman positif mengenai layanan kesehatan gratis. “Kita harus menjadi penggerak, bukan hanya kritikus. Koreksi yang disampaikan harus mengarah pada kebaikan,” ujarnya.
Dari kalangan akademisi, Wildan Hakim, S.Sos., M.Si., Dosen Ilmu Komunikasi UAI, menjelaskan bahwa kesehatan adalah fondasi kehidupan manusia. Ia menguraikan secara rinci implementasi program Cek Kesehatan Gratis yang dimulai 10 Februari 2025 melalui layanan Puskesmas, mencakup pemeriksaan bagi seluruh kelompok usia dari bayi hingga lansia. Pemeriksaan bagi siswa sekolah usia 7–17 tahun dimulai pada Juli 2025, sementara usia lainnya dilakukan bertepatan dengan hari ulang tahun.
Wildan menekankan bahwa layanan ini dapat diakses melalui aplikasi SATUSEHAT atau WhatsApp chatbot Kementerian Kesehatan. Ia mengingatkan bahwa penyakit tidak menular menjadi penyumbang kematian terbesar di Indonesia, terutama penyakit jantung. Di sisi lain, isu kesehatan seperti tingginya jumlah perokok, obesitas, kenaikan kasus malaria, dan angka kematian bayi masih membutuhkan perhatian serius.
Ia juga menyoroti urgensi pencegahan stunting, mengingat dampaknya yang panjang terhadap kecerdasan, imun tubuh, dan produktivitas ekonomi di masa depan. Menurutnya, intervensi utama mencakup pemenuhan gizi ibu dan bayi, ASI eksklusif, makanan pendamping yang berkualitas, serta lingkungan yang sehat. “Dengan deteksi dini dan peningkatan kesadaran masyarakat, kita dapat membangun generasi yang sehat dan cerdas,” ujarnya.
Aktivis pemuda Romi Samsuardo, M.M, melihat Program Cek Kesehatan Gratis sebagai langkah strategis pemerintah untuk mendorong masyarakat melakukan perawatan kesehatan preventif. Ia menyampaikan bahwa program ini juga menjadi bagian dari agenda 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan fokus khusus pada kelompok usia rentan seperti bayi, balita, dan remaja.
Data per Juni 2025 menunjukkan lebih dari 8,2 juta peserta telah mengikuti layanan ini, dengan temuan signifikan seperti satu dari lima peserta mengalami hipertensi dan 5,9 persen mengidap diabetes. Romi juga menyoroti lonjakan kasus diabetes pada anak dan remaja yang meningkat hingga 500 persen dalam lima tahun terakhir.
Pemerintah menargetkan layanan cek kesehatan gratis menjangkau 60 juta penduduk pada 2025, dan meningkat menjadi 200 juta orang dalam lima tahun berikutnya. Layanan ini didukung oleh jaringan 10.000 puskesmas dan 15.000 klinik. Namun, Romi mengakui sejumlah tantangan, seperti keterbatasan fasilitas kesehatan di daerah terpencil, rendahnya kesadaran masyarakat, serta perlunya koordinasi lintas kementerian dan pengelolaan anggaran Rp 4,7 triliun yang transparan.
Ia juga memaparkan strategi nasional pencegahan stunting, termasuk program Makanan Bergizi Gratis, edukasi gizi untuk ibu hamil dan balita, kampanye kesehatan di daerah terpencil, serta sistem monitoring presisi. “Pencegahan stunting hanya bisa berhasil jika seluruh lapisan masyarakat terlibat,” tegasnya.
Para narasumber sepakat bahwa program kesehatan preventif seperti Cek Kesehatan Gratis dan upaya penurunan stunting merupakan investasi penting untuk membangun generasi Indonesia yang lebih sehat, produktif, dan berkualitas.


