Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Ada sebuah kejadian nyata pada zaman Dinasti Song (960-1279 A.D.) Suatu hari di kantor pemerintahan kepala desa Wang Han yang baru dilantik, datang seorang wanita yang kurang waras, meminta waktu ingin mengadukan suatu masalah kepada kepala desa. Menurut staff-staff kantor pemerintahan tersebut, wanita ini sudah beberapa kali datang dan melakukan hal yang sama, namun kepala-kepala desa terdahulu menolak menemuinya dengan alasan tidak punya waktu dan menyuruh satpam mengusirnya. Namun wanita ini kemudian jadi membuat keributan dengan marah-marah di luar kantor kepala desa. Wang Han berpikir sejenak dan kemudian menyuruh staff-nya untuk mengantar wanita itu masuk menemuinya.
Wanita yang terlihat sudah berumur itu mulai bicara. Wang Han mendengarkan apa yang dikatakan wanita itu dengan penuh perhatian juga mengajukan banyak pertanyaan. Wanita itu bicaranya gagap dan terputus-putus, namun Wang Han akhirnya mengerti inti dari masalah yang ingin diungkapkan wanita itu. Dia adalah isteri seseorang, namun ia tidak bisa punya anak. Suaminya menghamili perempuan muda dan mempunyai seorang anak. Saat suaminya meninggal, perempuan muda itu menguasai rumah dan harta suaminya, dan mengusir istri sah ini pergi keluar. Wanita ini sudah berkali-kali memohon kepada kepala desa dan para hakim untuk mencari keadilan, namun tidak digubris. Dia sangat frustasi dan akhirnya menjadi kurang waras.
Wang Han mempelajari kasus ini, dan memerintahkan polisi untuk mengurus pengembalian rumah dan harta kepada wanita ini. Wanita tesebut pulih dengan cepat dari sakitnya dan sangat berterimakasih kepada Wang Han. Penduduk kampung memuji kepala desa mereka yang sabar, rendah hati dan perduli kepada siapapun. Kejadian ini terdengar sampai pemerintah pusat, dan Kaisar mengeluarkan maklumat menganugerahi Wang Han 300 gulung kain sutera dan satin.
Seorang pemimpin, baik dalam skala kepemimpinan kecil dan besar, harus memiliki kemampuan merespon setiap keluhan yang diutarakan dari rakyatnya. Dan respon pertama yang harus dilakukan adalah „mendengar dengan baik‟ atas setiap keluhan dari bawahannya. Bagaimanapun, kemampuan „mendengar‟ tidak boleh diabaikan, karena awal terjadinya pemberontakan atau kekacauan dipicu oleh ketidakkemampuan mendengar tersebut. Anda bisa membayangkan, andaikata seorang dokter tidak mau mendengar keluhan si pasien, dapat dimungkinkan bahwa si pasien akan kesal dan bisa melakukan perbuatan anarkis. Bukanlah ringan sakit yang dideritanya, justru sakitnya akan lebih parah ketimbang sakit pertamanya saat sebelum ia konsultasi ke dokter.
Jika kita berkaca kepada kisah dan ungkapan di atas, dapat disimpulkan bahwa, seseorang bisa menjadi terganggu pikirannya pada suatu kejadian didalam hidupnya dan kasus itu menjadi berlarut-larut hanya karena orang lain tidak punya kesabaran untuk mendengar.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Goresan_Hikmah
#Wang_Han_dan_Wanita_Kurang_Waras