Digindonews.com, Jakarta, 30 Juli 2025 — Forum Diskusi Publik bertema “Pencegahan Stunting” pada 29 Juli 2025 menegaskan kembali bahwa stunting bukan sekadar isu kesehatan, melainkan ancaman serius terhadap kualitas generasi masa depan dan daya saing bangsa Indonesia di era global. Pesan utama dalam diskusi tersebut: pencegahan stunting adalah kerja kolektif seluruh bangsa.
Yanto, Ph.D., Wakil Dekan Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, menyoroti dimensi struktural dari masalah stunting. “Ini bukan sekadar anak pendek. Ini soal ketidakadilan gizi, lemahnya sistem perlindungan sosial, dan rendahnya literasi keluarga terhadap pentingnya 1000 hari pertama kehidupan anak,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa banyak ibu hamil dan keluarga tidak memahami pentingnya asupan nutrisi, ASI eksklusif, dan makanan pendamping bergizi. Selain itu, faktor sanitasi buruk, kemiskinan, hingga kurangnya pendidikan ibu turut memperburuk situasi. “Jika stunting tidak ditangani serius hari ini, maka kita akan kehilangan generasi yang sehat, produktif, dan cerdas,” katanya.
Rachel Maryam, anggota Komisi I DPR RI, juga menyoroti pentingnya sinergi lintas sektor. Ia menggarisbawahi bahwa stunting adalah persoalan strategis nasional yang memerlukan dukungan komunikasi publik, regulasi terintegrasi, dan pelibatan semua elemen masyarakat. “Kami di DPR mendorong kolaborasi antara kementerian, TNI, media publik, hingga lembaga internasional dalam memperluas jangkauan program kesehatan,” ujarnya.
Komisi I juga mendesak peningkatan literasi digital di kalangan keluarga muda dan masyarakat desa. Menurut Rachel, media sosial dan platform digital bisa menjadi alat efektif untuk menyebarkan informasi gizi, pola asuh, dan sanitasi keluarga. Ia menegaskan pentingnya dukungan anggaran yang proporsional dan tepat sasaran dalam penanganan stunting, khususnya untuk komunikasi dan teknologi informasi.
Forum ini menyimpulkan bahwa untuk mengakhiri stunting, negara harus hadir secara konkret di rumah-rumah rakyat. Edukasi harus dimulai sejak masa remaja, dan keluarga harus diberdayakan sebagai garda depan kesehatan anak. Tanpa keterlibatan masyarakat, pemerintah, akademisi, dan dunia usaha, stunting akan terus menjadi hambatan pembangunan manusia Indonesia.
“Anak-anak bukan sekadar pewaris bangsa, mereka pencipta masa depan. Jika mereka tumbuh dalam kondisi lemah, maka bangsa pun akan lemah. Maka hari ini, mari kita bersama hentikan stunting sebagai bentuk komitmen pada masa depan Indonesia,” pungkas Yanto.***