HMI Menjawab Reputasi Global Perguruan Tinggi dalam Menjaga Budaya di Era Digitalisasi
Batusangkar, 15 September 2025. Pesatnya era digitalisasi memberikan dampak yang luar biasa dalam dunia perguruan tinggi. Perguruan tinggi kini tidak lagi hanya berperan sebagai lembaga akademik, tetapi juga sebagai institusi yang memiliki tanggung jawab moral dan kultural dalam menjaga, mengembangkan, serta mempromosikan budaya bangsa di tengah arus globalisasi. Reputasi global perguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh kualitas akademik dan riset, tetapi juga oleh sejauh mana kampus mampu menjaga identitas budaya lokal sebagai kekuatan dalam menghadapi modernitas.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sebagai organisasi kaderisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia, memandang isu ini sebagai tantangan serius sekaligus peluang besar. HMI menilai bahwa perguruan tinggi di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat dengan kekayaan budaya Minangkabau, harus mampu menempatkan budaya sebagai salah satu fondasi utama dalam menjaga reputasi global. Sebab, budaya bukanlah penghalang kemajuan, melainkan nilai tambah yang memperkaya peradaban dunia.
HMI mendorong agar perguruan tinggi mampu mengintegrasikan budaya dalam kurikulum, riset, dan kegiatan akademik. Misalnya, pelajaran tentang filosofi budaya Minangkabau seperti adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah dapat dijadikan basis etika akademik yang universal. Seni dan tradisi lokal dapat ditransformasikan ke dalam bentuk digital kreatif seperti film pendek, konten multimedia, hingga riset interdisipliner yang dipublikasikan di jurnal internasional. Dengan demikian, budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dipromosikan secara global melalui jalur akademik yang kredibel.
Selain itu, reputasi global perguruan tinggi akan semakin kokoh bila mereka mampu membangun ekosistem digital yang sehat. HMI menegaskan bahwa mahasiswa harus menjadi agen perubahan dalam memproduksi konten budaya yang bernilai edukatif dan inspiratif di Media sosial.
HMI juga melihat pentingnya diplomasi budaya melalui perguruan tinggi. Program pertukaran mahasiswa, penelitian bersama, dan konferensi internasional dapat dijadikan ruang untuk memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya Minangkabau, kepada dunia. Dengan cara ini, reputasi global perguruan tinggi tidak hanya diukur dari rangking akademik, tetapi juga dari kontribusi mereka dalam memperkaya khazanah budaya dunia.
Maka dari itu HmI hadir dan ikut berperan dalam mencapai tujuan tersebut. HmI sebagai organisasi pengkaderan yang berintelektual serta agen of change berperan aktif dalam hal ini. Maka dari itu peran HmI disini dibutuhkan untuk penguatan dengan menjalin jaringan global, seperti:
1. kolaborasi antar budaya, saat ini HmI tidak hanya ada di Indonesia bahkan HmI juga sudah menjangkau kancah internasional dengan dibentuknya cabang istimewa. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk kolaborasi antar budaya,serta komunikasi lintas budaya
2. Kesadaran sosial dan berinovasi, sebagai kader akademis HmI bisa menuturkan daya berfikir kritis agar peduli dengan dengan masa depan masyarakat serta mengembangkan inovasi-inovasi untuk menciptakan solusi baru di masyarakat
Dengan adanya kontribusi kita bersama dalam meningkatkan upaya kemajuan dalam sektor pendidikan,peran kader HmI sebagai insan akademis dapat membangun kekuatan positif untuk membangun masa depan yang sejahtera meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Pada akhirnya, menjaga budaya di era digitalisasi bukan sekadar tugas pemerintah atau tokoh adat, melainkan juga tanggung jawab perguruan tinggi dan mahasiswa sebagai garda terdepan. HMI hadir untuk memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga berakar kuat pada nilai budaya.
Putra Noveral Aktivis Masyarakat