DigIndonews.com, Jakarta – Perkembangan demokrasi digital dan kekuatan netizen membuat politik bisa menjadi begitu bebas dan liar, tidak terkendali.
Kalau dihubungkan dengan tantangan ke depan, maka diperlukan politik jalan tengah yang bisa memperkuat semangat kebangsaan dan semangat persatuan” ujar Bobby Adhityo Rizaldi dalam Sebinar Nobrol Bareng Legislator dengan tajuk “Suara Demokrasi di Ruang Digital” pada Kamis (6/4/2023).
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” dan “kratos”. Demos bermakna rakyat, dan kratos bermakna pemerintahan.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang mengijinkan dan memberikan hak, kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat serta turut serta dalam pengambilan keputusan pemerintah. “Dampak kebebasan berekspresi di ranah digital tentu sangat fatal dan bisa berdampak buruk bagi kita”, ujar Boby.
Enam pemilihan terakhir (Pilpres dan Pilkada) terdapat kenaikan tingkat partisipasi pemilih.
Meningkatnya partisipasi pemilih kepala daerah di tahun 2020 yang mencapai 76,9%, menjawab keraguan sejumlah pihak karena pemilihan diselenggarakan pada masa pandemi.
“Ranah digital dan demokrasi digital kerap menimbulkan kesalahpahaman dimasyarakat bahwa kebebasan berekspresi di media digital diartikan sebagai kebebasan yang sangat tinggi.
Hal ini dapat bias dan tidak terkendali serta bermuara pada pelanggaran HAM individu maupun actor politik, hoax, SARA, kampanye hitam, ujaran kebencian, dan sebagainya” imbuh Beliau.