Digindonews.com, Lebak, 18 November 2025 — Sekretaris Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Wawan Yogaswara, M.Hum., menegaskan bahwa literasi sejarah harus bertransformasi mengikuti perkembangan teknologi digital untuk menjangkau generasi muda.
Berbicara dalam Seminar Literasi Sejarah Indonesia, Wawan mengungkapkan bahwa minat generasi muda terhadap sejarah nasional hanya mencapai 37 persen, berdasarkan survei Kemendikbudristek 2023. Bahkan di Banten, hanya 45% generasi muda yang pernah mengunjungi situs sejarah seperti Keraton Surosowan atau Benteng Speelwijk.
“Tantangan kita bukan kurangnya warisan budaya, tetapi kurangnya keterhubungan generasi muda dengan sejarahnya sendiri,” ujarnya.
Wawan menekankan pentingnya digitalisasi sejarah melalui tur virtual Banten Lama, aplikasi sejarah berbasis AR, dan dokumentasi digital aset budaya. Namun ia mengingatkan adanya risiko narasi sejarah yang diplintir untuk kepentingan tertentu.
“Literasi sejarah dan literasi digital harus berjalan berdampingan agar masyarakat mampu memverifikasi informasi yang beredar,” tegas Wawan.
Ia juga mengungkapkan adanya penurunan minat terhadap seni tradisi lokal hingga 28% dalam lima tahun terakhir, terutama di kalangan generasi Z. Untuk itu, ia mendorong kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, komunitas budaya, kreator konten, dan pelaku ekonomi kreatif.
Wawan menilai bahwa sejarah dapat menjadi modal ekonomi daerah melalui pengembangan wisata heritage yang dikelola secara inklusif.
“Ketika masyarakat memahami nilai sejarah, mereka akan lebih peduli melestarikan budaya dan menolak praktik ilegal seperti perusakan situs atau perdagangan artefak,” tambahnya.
Seminar ini diharapkan memperkuat identitas nasional dan mendorong kebangkitan ekosistem sejarah digital di Banten.***


