JAKARTA – Gelombang protes terhadap tayangan yang dinilai menodai citra pesantren dan memutarbalikkan fakta kehidupan santri terus menguat. Sikap tegas kali ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, H. Ahmad Rifqi, yang mengecam keras program di stasiun televisi Trans 7 yang dianggap sarat dengan ideologi radikal terselubung.
Menurut yang acap disapa Gus Rifqi, bahwa stasiun televisi tersebut bukan kali pertama menayangkan konten bermasalah. Fenomena ini bukan sekadar kesalahan teknis produksi, melainkan bagian dari pola lama yang berulang agenda terselubung untuk membangkitkan kembali ilusi negara khilafah yang telah ditolak oleh bangsa Indonesia dan para ulama.
“Dulu, di stasiun TV ini [Trans 7] pernah ada acara yang secara terang-terangan mempromosikan paham Wahabi, bahkan menayangkan narasi yang dekat dengan jaringan teroris dunia seperti ISIS — yang bikin rusuh di Irak, Suriah, dan sebagian wilayah Turki,” ungkapnya dengan nada tegas.
Ia menegaskan, GP Ansor tidak akan tinggal diam terhadap upaya-upaya yang merongrong nilai kebangsaan dan menodai kehormatan pesantren. Menurutnya, Ansor dan Banser adalah benteng ulama, benteng Ahlussunnah wal Jamaah, sekaligus benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Sebagai kader Ansor, kita tidak boleh diam. Kita harus bersuara, bergerak, dan berdiri di garis depan untuk menjaga Indonesia dari ideologi yang ingin mengganti dasar negara,” tegasnya.
Rifqi menyerukan tiga langkah konkret kepada seluruh kader dan masyarakat terkait tayangan di Trans 7: pertama, protes moral keras terhadap media yang menyiarkan konten yang menyesatkan dan merusak citra pesantren; kedua, pelaporan kolektif agar lembaga berwenang menindak tegas pelanggaran etika penyiaran; dan ketiga, gerakan narasi tandingan di media sosial — dengan data, dengan akhlak, dan dengan ketegasan untuk menghancurkan propaganda para pembenci NU
Rifqi menegaskan bahwa kader GP Ansor dan Banser tidak hanya berdiri tegak di lapangan menjaga keamanan dan kebangsaan, tetapi juga harus menjadi pasukan digital yang siap siaga membela kebenaran dan marwah pesantren.
“Kita ini bukan hanya barisan siaga di lapangan, tapi juga di dunia digital. Jaga Kiai, Jaga NU, Jaga Negeri!” pungkasnya dengan lantang.
Sikap tegas GP Ansor ini menjadi penegas bahwa NU dan pesantren bukan sasaran empuk bagi propaganda radikal. Di tengah derasnya arus informasi, Ansor menegaskan komitmennya menjaga keseimbangan bangsa, meneguhkan Pancasila, dan memastikan bahwa Indonesia tetap berdiri kokoh di bawah panji Ahlussunnah wal Jamaah dan semangat kebangsaan.